Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Pria Ini Menjadi Gay Setelah Stroke

Kompas.com - 10/11/2011, 09:16 WIB
EditorAsep Candra

KOMPAS.com — Chris Birch (26), mantan pegawai bank, mengklaim serangan stroke yang pernah dialaminya saat berlatih rugby telah mengubahnya menjadi pria penyuka sesama jenis.

"Memang terdengar aneh, tetapi setelah tersadar dari stroke saya merasa berbeda. Saya tidak tertarik lagi kepada wanita. Padahal sebelumnya saya pria normal, bahkan tak punya teman seorang gay," kata pria Inggris ini.

Birch menderita cedera serius pada tahun 2005 karena lehernya patah dan langsung terkena stroke. Ia menjalani terapi penyembuhan selama satu bulan, mulai dari belajar berjalan, makan, dan berbicara lagi. Akan tetapi, setelah sembuh ia mengalami perubahan mental.

Ia yang semula berbobot besar mulai menurunkan berat badannya sampai 50 kg, berhenti bekerja di bank dan beralih menjadi penata rambut, serta memutuskan kekasihnya.

"Ketika saya bertemu teman-teman yang menjenguk, saya merasa tak tertarik dengan perbincangan mereka tentang sepak bola dan semua hal yang dulu saya sukai. Mendadak saya membenci kehidupan saya yang lama. Saya membenci olahraga dan pekerjaan saya terasa membosankan," katanya.

Perubahan perilaku tersebut membuat Birch dijauhi teman. "Semua bilang saya berbeda, tetapi saya merasa inilah saya. Kemudian saya mulai menjauhi mereka," paparnya.

Ia kemudian mendalami minat barunya, belajar tata rambut. Birch juga mengaku mulai sering mengunjungi klub untuk bertemu teman baru, termasuk salah seorang pria yang kini menjalin hubungan dengannya.

Sambungan otak baru

Menurut Joe Korner, juru bicara Stroke Association, Birch bukan pasien stroke pertama yang mengalami perubahan dramatis selama pemulihan penyakitnya. Sebelumnya, tersiar kabar seorang pria yang tersadar dari stroke mendadak punya kemampuan melukis dan menggambar secara detail, padahal sebelumnya ia sama sekali tak punya kemampuan itu.

"Ketika stroke, aliran darah ke otak terhenti dan area di otak kekurangan oksigen sehingga terjadi kematian sel-sel otak dan kerusakan. Namun, secara ajaib otak bisa beradaptasi kembali selama proses pemulihan," paparnya.

Menurut Korner, proses adaptasi otak tersebut menyebabkan timbulnya koneksi baru antarsel-sel otak dalam rute yang berbeda.

"Jadi mungkin saja koneksi baru itu memicu koneksi lain yang menyebabkan perbedaan aksen bicara, bahasa, bahkan ketertarikan seksual," ungkapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+