Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PENDIDIKAN

Kaum Terpelajar Juga Menjadi Pelaku Kekerasan Anak

Kompas.com - 13/12/2011, 13:32 WIB
Herpin Dewanto Putro

Penulis

NUSA DUA, KOMPAS.com - Kemiskinan bukan lagi menjadi penyebab kasus kekerasan dan penelantaran terhadap anak. Orang-orang terpelajar dan menduduki jabatan penting juga masih sering berlaku kasar terhadap anak.

"Ini terjadi karena masih ada paradigma yang salah bahwa mendidik anak itu harus dengan kekerasan," kata praktisi anak Seto Mulyadi di sela acara "Asia Pasific Conference on Child Welfare" di Nusa Dua, Bali, Selasa (13/12/2011).

Padahal, kata Seto, mendisiplinkan anak dapat dilakukan tanpa kekerasan fisik dan psikologis seperti memukul atau membentak-bentak. Seto mengakui paradigma yang salah mengenai pendidikan anak itu masih sering ia jumpai. Misalnya dalam suatu pertemuan, seorang pejabat mengatakan bahwa ia berhasil menjadi orang sukses karena selalu dikerasi ayahnya.

Pejabat itu pun berpeluang besar ikut mendidik anaknya dengan keras. Menurut Seto yang juga Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak, kekerasan terhadap anak pada tahun 2010 sekitar 2.300 kasus. Namun, jumlah kasus kekerasan terhadap anak sampai pertengahan tahun 2011 sudah hampir mencapai 2.000 kasus. Kasus kekerasan terhadap anak ini pun setiap tahun selalu meningkat sekitar 40 persen.

"Jumlah meningkat bisa karena dua hal, kasus kekerasannya yang bertambah atau perhatian dan kesadaran masyarakat untuk memerangi kasus tersebut yang meningkat," kata Seto.

Alasannya, saat ini banyak kasus kekerasaan terhadap anak mulai dilaporkan ke pihak berwajib atau diberitakan di media massa. Sebelumnya, kasus tersebut dianggap sesuatu yang biasa dan dibiarkan saja sehingga tidak terpantau.

Oleh karena itu, kata Seto, perlu ada gerakan sosial untuk mengubah paradigma pendidikan yang sudah menjadi gunung es ini. Mata rantai pendidikan harus segera diputus supaya orang tua tidak memperlakukan anaknya dengan keras seperti yang sudah dialami para orang tua itu. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com