NUSA DUA, KOMPAS.com - Kemiskinan bukan lagi menjadi penyebab kasus kekerasan dan penelantaran terhadap anak. Orang-orang terpelajar dan menduduki jabatan penting juga masih sering berlaku kasar terhadap anak.
"Ini terjadi karena masih ada paradigma yang salah bahwa mendidik anak itu harus dengan kekerasan," kata praktisi anak Seto Mulyadi di sela acara "Asia Pasific Conference on Child Welfare" di Nusa Dua, Bali, Selasa (13/12/2011).
Padahal, kata Seto, mendisiplinkan anak dapat dilakukan tanpa kekerasan fisik dan psikologis seperti memukul atau membentak-bentak. Seto mengakui paradigma yang salah mengenai pendidikan anak itu masih sering ia jumpai. Misalnya dalam suatu pertemuan, seorang pejabat mengatakan bahwa ia berhasil menjadi orang sukses karena selalu dikerasi ayahnya.
Pejabat itu pun berpeluang besar ikut mendidik anaknya dengan keras. Menurut Seto yang juga Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak, kekerasan terhadap anak pada tahun 2010 sekitar 2.300 kasus. Namun, jumlah kasus kekerasan terhadap anak sampai pertengahan tahun 2011 sudah hampir mencapai 2.000 kasus. Kasus kekerasan terhadap anak ini pun setiap tahun selalu meningkat sekitar 40 persen.
"Jumlah meningkat bisa karena dua hal, kasus kekerasannya yang bertambah atau perhatian dan kesadaran masyarakat untuk memerangi kasus tersebut yang meningkat," kata Seto.
Alasannya, saat ini banyak kasus kekerasaan terhadap anak mulai dilaporkan ke pihak berwajib atau diberitakan di media massa. Sebelumnya, kasus tersebut dianggap sesuatu yang biasa dan dibiarkan saja sehingga tidak terpantau.
Oleh karena itu, kata Seto, perlu ada gerakan sosial untuk mengubah paradigma pendidikan yang sudah menjadi gunung es ini. Mata rantai pendidikan harus segera diputus supaya orang tua tidak memperlakukan anaknya dengan keras seperti yang sudah dialami para orang tua itu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.