KOMPAS.com - Selain susu, telur merupakan salah satu pemicu alergi makanan paling umum pada anak-anak. Gejala alergi telur biasanya terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah anak mengonsumsi telur. Tanda dan gejala yang timbulkan pun cukup bervariasi, mulai dari ringan sampai parah termasuk di antaranya ruam kulit, gatal-gatal, peradangan hidung, dan muntah atau masalah pencernaan lainnya.
Tetapi pada banyak kasus, jarang sekali alergi telur dapat menyebabkan anafilaksis - reaksi yang mengancam nyawa. Alergi telur umumnya terjadi pada masa bayi dan akan berhenti sebelum memasuki usia remaja. Namun dalam beberapa kasus, kondisi ini bisa berlanjut sampai dewasa.
Seseorang yang mengalami komplikasi cukup parah dari alergi ini biasanya akan mendapat suntikan epinefrin dan perawatan darurat. Berikut adalah beberapa hal yang harus Anda lakukan untuk menghindari reaksi alergi, dan mencegah kondisi terburuk yang mungkin dapat terjadi:
* Ketahui apa yang Anda atau anak Anda makan dan minum.
* Baca label makanan dengan hati-hati. Pada beberapa orang, sedikit saja kandungan telur di dalam makanan bisa menimbulkan reaksi.
* Berhati-hati ketika makan di luar rumah dan sebisa mungkin cari makanan yang bebas kandungan telur.
* Kenakan gelang atau kalung alergi. Alat ini bisa menjadi penanda atau pengingat kepada perawat anak di rumah atau tetangga Anda agar tidak memberikan anak Anda makanan yang mengandung produk telur
* Biarkan anak Anda tahu kalau dia mengidap alergi telur. Bicaralah dengan pengasuh, guru, kerabat tentang alergi yang diidap anak Anda. Ini penting agar mereka tidak secara sengaja memberikan anak Anda produk makanan yang mengandung telur. Pastikan juga bahwa orang-orang terdekat Anda mengerti apa yang harus dilakukan ketika Anak Anda dalam kondisi darurat.