Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Donor Ginjal Tak Berkembang

Kompas.com - 13/01/2012, 03:38 WIB

Jakarta, Kompas - Jumlah penderita gagal ginjal sangat banyak dan terus meningkat, tetapi hanya sedikit yang menjalani transplantasi ginjal. Terbatasnya donor membuat cangkok ginjal kurang berkembang di Indonesia. Padahal, hasil dari terapi ini lebih baik dibandingkan dengan cuci darah.

”Kasus gagal ginjal kronis stadium akhir lebih tinggi daripada tumor urologi, kecuali kanker prostat,” kata dokter spesialis urologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSCM-FKUI), Chaidir A Mochtar, Kamis (12/1), di Jakarta.

Penderita gagal ginjal stadium akhir selama ini ditangani dengan hemodialisis (cuci darah dengan bantuan mesin), dialisis peritoneal (cuci darah mandiri), dan cangkok ginjal. Sebagian besar penderita di Indonesia memilih pengobatan dengan hemodialisis, sedangkan di Amerika Serikat dan Eropa penderita lebih memilih cangkok ginjal.

Cangkok ginjal cukup dilakukan sekali seumur hidup, sedangkan cuci darah harus dijalani seumur hidup dengan frekuensi 2-3 kali per minggu. Kualitas hidup pascaoperasi lebih baik pada mereka yang menjalani cangkok ginjal. Angka kematian sesudah cangkok ginjal 4-8 persen, sedangkan angka kematian penderita yang menjalani cuci darah 20-25 persen.

Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dan konsultan ginjal hipertensi, Endang Susalit, memperkirakan ada 300.000 penderita gagal ginjal kronis di Indonesia. Namun, hanya sekitar 25.000 penderita yang bisa mengakses pengobatan dialisis.

Cangkok ginjal di Indonesia tidak berkembang karena sulit mencari donor. Untuk donor hidup, yaitu dari pemilik ginjal sehat ke penderita, banyak orang beranggapan operasi menakutkan. Mereka khawatir kesehatan donor bakal menurun setelah salah satu ginjal diambil.

Adapun donor kadaver (dari orang yang baru meninggal) ke penderita terkendala aturan hukum dan kondisi sosial budaya.

Menurut Endang, dokter Indonesia mampu melakukan cangkok ginjal sejak 1977. Mereka tersebar di Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan Semarang. Karena kesulitan donor, hingga kini baru ada 525 cangkok ginjal.

Laparoskopi

Dokter spesialis urologi FKUI- RSCM, Nur Rasyid, mengatakan, untuk mengurangi kesakitan donor dan menghindari luka operasi yang besar, RSCM mengembangkan teknik laparoskopi. Dengan teknik ini, donor tak perlu menjalani operasi terbuka yang menimbulkan luka lebar. Ginjal diambil lewat sayatan kecil tanpa memotong otot.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com