Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosis Tingkatkan Risiko Kanker Pankreas?

Kompas.com - 17/01/2012, 07:47 WIB

Kompas.com - Kembalilah kepada konsumsi makanan alami karena kebiasaan mengasup daging yang sudah diproses seperti sosis akan meningkatkan risiko kanker pankreas. Demikian disampaikan para pakar. Kendati risikonya kanker terbilang kecil namun mengurangi konsumsi daging yang diproses dari menu makanan adalah sebuah langkah sehat.

Berdasarkan analisa terhadap tujuh penelitian yang sudah dipublikasikan, para peneliti di Swedia menemukan peningkatan risiko kanker pankreas sampai 19 persen pada mereka yang mengonsumsi 4 ons daging yang diproses setiap hari.

"Dalam hidup, risiko seseorang terkena kanker pankreas adalah 1,4 persen. Jika kita terbiasa mengonsumsi daging yang diproses seperti sosis atau bacon, risikonya naik menjadi 1,7 persen," kata Dr.Richard Besser.

Menurut data The National Cancer Institute, kanker pankreas diderita 1 dari 65 orang di Amerika. Sebenarnya jika dideteksi dini peluang harapan hidup pasien tinggi, namun kanker ini sulit dideteksi pada stadium awal. Di stadium lanjut, usia harapan hidup pasien dalam 5 tahun hanyalah 5,5 persen.

Seperti halnya jenis kanker lainnya, penyebab pasti kanker pankreas masih belum jelas. Namun kanker ini banyak ditemukan pada mereka yang merokok, menderita diabetes atau obesitas. Faktor lain yang terus digali adalah kebiasaan mengonsumsi daging yang diproses.

Menurut Besser, daging yang diproses juga dikaitkan dengan kanker kolon dan saluran kemih. Daging yang diproses diketahui mengandung garam dan lemak yang tinggi sehingga bisa mengundang gangguan kesehatan lainnya.

Kaitannya dengan kanker, para pakar curiga pada nitrit, bahan kimia pengawet yang dipecah di perut dan terbawa ke pankreas melalui peredaran darah. "Untuk amannya, Anda bisa mencari produk yang tidak mengandung nitrit," kata Besser.

The American Meat Institute Foundation (AMIF) sendiri mengatakan daging merah dan juga daging yang diproses merupakan bagian dari diet seimbang yang sehat. Merekea berpendapat satu studi kecil tidak bisa dipakai sebagai dasar kesimpulan.

"Agar tetap sehat, yang harus diperhatikan adalah pola makan yang seimbang, berat badan ideal, serta gaya hidup yang sehat," kata James Hodges, presiden AMIF.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com