Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malaria Masih Jadi Masalah Kesehatan di Indonesia

Kompas.com - 21/01/2012, 23:53 WIB

MEDANG, Kompas.com - Malaria hingga kini masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Padahal, gerakan malaria telah dimulai sejak April 2000 dengan tujuan untuk mengurangi beban penyakit yang disebabkan nyamuk tersebut.

"Masih menjadi masalah kesehatan bagi kita terutama di daerah yang sudah dikenal endemis malaria, yakni daerah timur Indonesia, Jawa dan Bali serta sebagian di Pantai Timur dan Barat Sumatera," kata Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Prof Irnawati Marsaulina, di Medan, Sabtu (21/1/12).

Ia mengatakan, malaria merupakan salah satu penyakit parasitik yang disebabkan oleh parasit malaria dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp. Penyakit ini ditandai dengan demam yang berselang seling, dengan anemia dan limpa membesar.

"Parasit malaria dapat berkembang tidak hanya di dalam vektor nyamuk anopheles betina, tetapi dapat juga berkembang di dalam tubuh manusia," katanya pada pidato pengukuhan jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kesehatan masyarakat yang disampaikannya pada rapat terbuka Universitas Sumatera Utara.

Menurut dia, malaria merupakan masalah kesehatan di banyak negara di seluruh dunia dan masih merupakan penyakit utama yang menyebabkan kesakitan dan kematian manusia di negara-negara yang sedang berkembang, salah satunya Indonesia. Tercatat sedikitnya malaria menjadi penyebab kematian 1,4-2,6 juta orang di dunia dalam setahun.

Malaria juga merupakan salah satu faktor penting penyebab tingginya angka kematian bayi dan anak-anak. Infeksi malaria selama kehamilan dapat menyebabkan  keguguran, kematian prakelahiran, dan berat bayi lahir rendah.

Pada tahun 1998 malaria diidentifikasi oleh Direktur Jenderal WHO, sebagai proyek prioriotas utama dengan kembalinya penyakit malaria. Pada tahun itu juga WHO, UNICEF, UNDP dan Bank Dunia mengembangkan satu respon terpadu untuk mengatasi masalah endemis malaria di negara-negara berkembang.

Respon tersebut disebut Roll back Malaria (RBM). RBM diterjemahkan menjadi "Gebrak Malaria" yang merupakan gerakan bersama, terpadu antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, lembaga donor dan masyarakat untuk memberantas malaria.

"Upaya penanggulangan malaria di berbagai belahan dunia kini semakin ditingkatkan, akan tetapi usaha-usaha ini telah menghadapi hambatan yang serius yakni semakin meluasnya Plasmodium yang resisten terhadap obat anti malaria, begitu pula nyamuk anopheles spp yang resistan terhadap insektisida," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com