Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

USG Testis Bisa Ganggu Sperma

Kompas.com - 30/01/2012, 15:23 WIB

KOMPAS.com - Prosedur pemeriksaaan testis-ultrasound (USG) merupakan metode yang sangat aman dan efektif untuk mendiagnosa kanker testis. Alat ini bekerja menggunakan gelombang suara untuk menciptakan gambaran dari skrotum dan testis.

Sebuah riset terbaru mengklaim, ultrasound pada testis dapat mengganggu produksi sperma. Penelitian pada hewan pengerat di laboratorium menunjukkan bahwa penggunaan alat ini dapat menurunkan kuantitas sperma dan menimbulkan risiko kemandulan. Temuan ini dipublikasikan dalam Reproductive Biolgy and Endocrinology.

Para peneliti menyatakan, temuan ini membuka jalan bagi pemanfaatan ultrasound. Alat ini dinilai sebagai "metode yang menjanjikan" sebagai alat kontrasepsi pria. Namun demikian, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebelum benar-benar dimanfaatkan.

Konsep ini sebenarnya sudah sejak lama diusulkan pada 1970-an, dan sekarang sedang diupayakan oleh para peneliti dari University of North Carolina AS yang memenangkan hibah dari Bill & Melinda Gates Foundation.

Peneliti menemukan bukti bahwa penggunaan ultrasound pada testis dalam waktu 15-menit, secara signifikan mengurangi jumlah sel yang memproduksi sperma dan kadar sperma itu sendiri.

"Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan berapa lama efek kontrasepsi berlangsung dan apakah aman untuk digunakan beberapa kali," kata Dr James Tsuruta, peneliti utama dari University of North Carolina.

Menurut literatur dan kajian medis, seorang pria dikategorikan "sub-fertile" atau kurang subur apabila jumlah spermanya turun di bawah 15 juta per mililiter.

Peneliti mengatakan, pihaknya masih perlu memastikan bahwa ultrasound menghasilkan efek reversibel, selain juga menyelidiki apakah ada kerusakan kumulatif akibat terapi yang dilakukan secara berulang.

Sementara itu Dr Allan Pacey, dosen senior andrologi di University of Sheffield Inggris, mengatakan, "ini merupakan ide yang bagus, tetapi masih dibutuhkan lebih banyak lagi penelitian."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com