Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengguna Antidepresan Bakal Sulit Memiliki Anak

Kompas.com - 07/02/2012, 11:38 WIB

Kompas.com - Tidak ada obat yang tak memiliki efek samping. Demikian pula halnya obat antidepresan. Obat yang biasanya digunakan untuk memberikan rasa senang dan bahagia ini dicurigai membuat pasien pria mengalami gangguan kesuburan.

Obat antidepresan, terutama golongan SSRIs (selective serotonin reuptake inhibitors) adalah obat yang paling sering diresepkan di Amerika Serikat. Bukan cuma oleh psikiatri, tapi juga dokter internis, ahli saraf, dokter keluarga, ahli jantung, hingga ahli pencernaan untuk mengatasi pasien yang depresi dan cemas.

Obat tersebut diketahui memiliki sederet efek samping seperti mual, diare, sembelit, kenaikan berat badan, insomnia, hingga menurunnya gairah seksual dan gangguan ereksi.

Dalam studi teranyar terungkap antidepresan golongan SSRIs juga berpengaruh terhadap kesuburan pria. Obat ini diketahui akan mengurangi jumlah sperma sampai setengahnya, termasuk juga menyebabkan bentuk dan gerakan sperma jadi abnormal.

Efek samping itu bisa muncul setelah satu bulan pasien mengonsumsi SSRIs dan bertambah parah dalam kurun waktu tiga bulan pemakaian.

Secara spesifik para ahli menemukan SSRIs akan menyebabkan bentuk sperma menjadi tidak normal dan tidak bisa berenang dengan baik. Ditambah dengan jumlah sperma yang berkurang, kombinasi itu akan menyebabkan pria sulit membuahi.

Di luar faktor obat-obatan, para ahli sejak lama sudah menyebutkan bahwa stres dan depresi sendiri bisa menyebabkan level hormon testosteron pria berkurang yang berdampak pada menurunnya jumlah sperma.

Kabar baiknya, karena efek negatif dari antidepresan itu terutama pada sperma, maka kondisi itu bisa diubah jika pengobatannya dihentikan.

Seperti diketahui dibutukan waktu 64 hari agar sperma dihasilkan sempurna sehingga pasien bisa mendapatkan jumlah sperma yang normal kembali dalam waktu kurang dari 3 bulan.

Meski begitu bagi pasangan yang sedang dalam program kehamilan sebaiknya berkonsultasi pada dokter sebelum menghentikan obatnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com