Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Flu Singapura Merebak di Depok

Kompas.com - 09/02/2012, 04:16 WIB

Isolasi penderita

Untuk mencegah penularan, kata Afiah, sebaiknya penderita beristirahat yang cukup dan menahan diri untuk berinteraksi dengan orang lain.

”Seharusnya semua peralatan mandi, makan, dan tempat tidur penderita dipisahkan dengan yang lain agar tidak menular. Sementara yang belum terserang agar menjaga ketahanan tubuhnya dengan mengonsumsi makanan bergizi,” kata Afiah.

Orangtua penderita flu singapura umumnya menduga anaknya terserang cacar air. Namun, setelah menerima penjelasan dokter, yang bersangkutan baru tahu bahwa anaknya terserang flu singapura. Hal itu seperti dialami Any (31) yang memeriksakan anaknya yang berumur 1 tahun 10 bulan ke Klinik As Syifa di Jalan Raya Limo, Depok.

Zainul Arifin (39), warga Studio Alam, Kecamatan Sukmajaya, mengira hal yang sama. Dia sempat panik saat anaknya, Naufal (6), terserang flu singapura. Selama seminggu anaknya mendapat perawatan di Rumah Sakit Hasanah Graha Afiah, Depok. ”Saya tidak tega anak saya sering menangis, tidak kuat karena ada bintil-bintil banyak di tangan, kaki, dan mulut,” katanya.

Setelah menjalani perawatan, anaknya kini memasuki tahap pemulihan. Bintil-bintil yang semula kemerahan meninggalkan bekas hitam. Hal serupa dialami empat teman sekolah Naufal.

”Tetangga kami juga ada yang kena, tiga anak,” ujar Arifin.

Depok perlu waspada

Tiga bulan terakhir, sejumlah penyakit menular telah menyerang warga Depok. Selain flu singapura, sebelumnya penyakit demam berdarah dengue, hepatitis A, dan chikungunya juga menyerang warga.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Ascobat Gani mengatakan, penyebaran penyakit menular sangat memungkinkan pada saat pancaroba seperti sekarang ini. Cuaca di Depok dan sekitarnya kerap silih berganti dari hujan lebat kemudian panas terik.

”Dengan situasi seperti ini, semua orang harus menjaga ketahanan tubuh dan lingkungannya. Sebab, penularan penyakit sangat mudah terjadi, apalagi mereka yang tinggal di permukiman padat,” katanya. (NDY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com