Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Tabung Mahal akibat Pajak Obat Tinggi

Kompas.com - 15/02/2012, 07:04 WIB

Jakarta, Kompas - Meski termasuk negara pertama di ASEAN yang mengadopsi teknologi bayi tabung, upaya terakhir untuk memperoleh keturunan melalui pembuahan sel telur dan sperma di luar tubuh wanita itu kurang berkembang. Semula program ini terkendala regulasi yang kurang mendukung. Kini, kendala utamanya ada pada pembiayaan yang mahal serta terbatasnya pusat-pusat layanan bayi tabung.

”Proses bayi tabung di Indonesia memang lebih mahal dibandingkan negara lain, seperti Jepang, Malaysia, Vietnam, dan Thailand,” kata Ketua Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia (Perfitri) Soegiharto Soebijanto di Jakarta, Selasa (14/2).

Biaya untuk melakukan bayi tabung di Indonesia berkisar antara Rp 60 juta dan Rp 70 juta untuk satu kali siklus, mulai dari merangsang keluarnya sel telur hingga transfer embrio ke dalam rahim. Siklus ini bukan didasarkan atas keberhasilan kehamilan. Untuk bisa berhasil, pasangan yang melaksanakan bayi tabung umumnya harus melakukan lebih dari satu kali siklus.

Sebagai perbandingan, proses bayi tabung di Malaysia diperkirakan 1.000 ringgit Malaysia (sekitar Rp 30 juta). Mahalnya biaya bayi tabung di Indonesia disebabkan pajak obat-obatan yang digunakan.

”Obat untuk bayi tabung masih dianggap sebagai barang mewah,” tambahnya.

Sekretaris Jenderal Perfitri Budi Wiweko menambahkan, mahalnya biaya bayi tabung juga disebabkan sebagian besar asuransi tidak menanggung proses ini. ”Persoalan infertilitas atau ketidaksuburan masih dianggap bukan penyakit,” ungkapnya.

Mahalnya biaya ini membuat sebagian masyarakat enggan untuk melakukan bayi tabung. Padahal, jumlah pasangan tak subur di Indonesia cukup tinggi. Badan Pusat Statistik menyebut pada tahun 2008 ada 3,9 juta pasangan tak subur. Dari jumlah tersebut, ada sekitar 200.000 pasangan potensial untuk melakukan bayi tabung.

Pada tahun 2010, jumlah siklus pembuatan bayi tabung di Indonesia baru mencapai 2.000 siklus. Padahal, Indonesia sudah mengenal teknik ini sejak tahun 1987. Sedangkan Vietnam yang baru mengenal bayi tabung pada tahun 1999 sudah memiliki 6.000 siklus. (MZW)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com