Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecepatan Berjalan dan Risiko Pikun

Kompas.com - 21/02/2012, 15:08 WIB

KOMPAS.com - Para ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan cara baru untuk memprediksi demensia yakni dengan melihat kecepatan saat berjalan kaki. Peneliti mengindikasikan, orang berusia lanjut yang kecepatan berjalannya lambat, berisiko mengalami demensia. Namun para peneliti menegaskan, perlu riset lebih lanjut untuk memahami hubungan antara keduanya.

Menurut ilmuwan, beberapa riset sebelumnya juga telah menghubungkan antara berjalan lambat dan risiko masalah kesehatan. Studi yang dipublikasikan dalam British Medical Journal pada 2009 misalnya, mengatakan ada hubungan yang kuat antara kebiasaan berjalan lambat dengan kematian dari serangan jantung dan masalah jantung lainnya. Sementara itu, penelitian yang dipublikasikan Journal of American Medical Association Study mengindikasikan adanya hubungan antara berjalan lebih cepat di atas usia 65 tahun dengan kesempatan hidup lebih lama.

"Untuk sementara, kelemahan dan kurangnya aktivitas fisik pada orang tua telah dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia. Tapi sampai saat ini kami tidak yakin apakah risikonya sama pada usia menengah," kata Dr Erica Camargo, yang melakukan penelitian terbaru di Boston Medical Centre.

Dalam riset terbaru, peneliti melakukan scan otak, untuk menilai kecepatan berjalan dan kekuatan cengkraman pada 2.410 orang yang berusia rata-rata 62 tahun. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa setelah diikuti selama 11 tahun, ada 34 orang yang telah mengalami demensia dan 79 mengalami stroke. Temuan dipresentasikan pada pertemuan tahunan Academy of Neurology.

Para peneliti berkesimpulan, cara berjalan yang cenderung lambat terkait dengan risiko yang lebih tinggi mengidap demensia. Sementara memiliki cengkraman yang kuat dikaitkan dengan rendahnya risiko stroke.

"Ini adalah tes dasar yang dapat memberikan wawasan tentang risiko demensia dan stroke dan dapat dengan mudah dilakukan oleh seorang ahli saraf atau dokter umum," jelas Carmago.

"Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mengapa hal ini terjadi dan apakah penyakit praklinis dapat menyebabkan berjalan lambat dan penurunan kekuatan," tambahnya.

Sementara itu, Dr Marie Janson, direktur pengembangan di Alzheimer Research UK mengatakan, meskipun studi ini belum dipublikasikan secara penuh, hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan penting, apakah masalah fisik, seperti kesulitan berjalan, bisa mendahului gejala lain yang terkait dengan demensia.

"Studi lebih lanjut bisa memberikan pengetahuan baru bagaimana kecepatan berjalan dan demensia mungkin berhubungan," katanya.

Dr Anne Corbett dari Alzheimer Society mengatakan bahwa ada banyak hal yang dapat orang lakukan untuk mengurangi risiko terkena demensia. "Kami merekomendasikan Anda makan diet seimbang yang sehat, tidak merokok, menjaga berat badan sehat, berolahraga teratur. Dan periksa tekanan darah dan kolesterol secara teratur," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Kasus Covid-19 Kembali Naik di Asia, Ini yang Perlu Diketahui soal Varian JN.1 dan Turunannya
Kasus Covid-19 Kembali Naik di Asia, Ini yang Perlu Diketahui soal Varian JN.1 dan Turunannya
Health
Kemenkes: Pengenalan Gejala Penyakit Langka dengan Cek Kesehatan Gratis
Kemenkes: Pengenalan Gejala Penyakit Langka dengan Cek Kesehatan Gratis
Health
Pasangan Thalasemia Minor Sebabkan Thalasemia Mayor pada Anak
Pasangan Thalasemia Minor Sebabkan Thalasemia Mayor pada Anak
Health
Lonjakan Kasus Covid-19 di India: Waspadai Varian Baru yang Lebih Menular
Lonjakan Kasus Covid-19 di India: Waspadai Varian Baru yang Lebih Menular
Health
Keunggulan Ring Jantung Bioadaptor dengan Material Lentur
Keunggulan Ring Jantung Bioadaptor dengan Material Lentur
Health
Kanker Serviks Stadium 4: Pengertian dan Pilihan Pengobatannya
Kanker Serviks Stadium 4: Pengertian dan Pilihan Pengobatannya
Health
Cloud Coffee, Minuman Tren yang Diklaim Menyehatkan: Benarkah?
Cloud Coffee, Minuman Tren yang Diklaim Menyehatkan: Benarkah?
Health
Apakah Pola Makan Berperan Besar Terhadap Terjadinya Stroke? Ini Kata Dokter…
Apakah Pola Makan Berperan Besar Terhadap Terjadinya Stroke? Ini Kata Dokter…
Health
Puasa 16 Jam Selama 3 Bulan Efektif Turunkan Berat Badan Hingga Setahun Kemudian
Puasa 16 Jam Selama 3 Bulan Efektif Turunkan Berat Badan Hingga Setahun Kemudian
Health
Riset FMIPA UI  Buktikan Segel Le Minerale Unggul 100 Persen Cegah Kontaminasi Debu, Bakteri, dan Jamur
Riset FMIPA UI Buktikan Segel Le Minerale Unggul 100 Persen Cegah Kontaminasi Debu, Bakteri, dan Jamur
Health
7 Cara Mengatasi Ngantuk Terus-menerus, Termasuk Makan Sehat
7 Cara Mengatasi Ngantuk Terus-menerus, Termasuk Makan Sehat
Health
Pelawak Sri Sumiarsih Meninggal Akibat Sakit Ginjal, Ini Penyebabnya
Pelawak Sri Sumiarsih Meninggal Akibat Sakit Ginjal, Ini Penyebabnya
Health
Penyakit Genetik Langka yang Bikin Perut Selalu Lapar
Penyakit Genetik Langka yang Bikin Perut Selalu Lapar
Health
Neurofibromatosis Tipe 1 Bisa Dicegah Turun ke Anak, Ini Kata Dokter
Neurofibromatosis Tipe 1 Bisa Dicegah Turun ke Anak, Ini Kata Dokter
Health
Apa Itu HMPV dan Bagaimana Gejalanya? Ini Penjelasan Dokter
Apa Itu HMPV dan Bagaimana Gejalanya? Ini Penjelasan Dokter
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau