Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ECVT untuk Diagnosis Kanker

Kompas.com - 07/03/2012, 06:39 WIB

YUNI IKAWATI

Sel kanker di payudara selama ini dideteksi dengan sinar rontgen, positron emission tomography-computed tomography, dan magnetic resonance imaging. Kini diperkenalkan teknik pencitraan dengan menggunakan sistem polarisasi listrik statik disebut electrical capacitance volume tomography.

Kanker adalah penyakit yang ditimbulkan oleh kelainan sel yang mengalami pembelahan tak terkendali atau melebihi batas normal. Ia kemudian menyebar atau bermigrasi ke jaringan tubuh lain melalui sirkulasi darah atau disebut metastasis.

Di antara berbagai jenis kanker, kanker payudara merupa- kan salah satu kasus yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Jumlah penderita kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim.

Di Indonesia, kanker merupakan penyakit yang menyebabkan kematian kedua terbanyak setelah jantung. Kementerian Kesehatan memperkirakan 6 persen dari populasi di Indonesia menderita kanker atau sekitar 16,2 juta orang.

Teknik diagnostik

Keberadaan kanker diketahui dengan menerapkan beragam teknik diagnostik antara lain dengan cara noninvasif. Teknik yang digunakan untuk itu adalah computed tomography (CT), dan positron emission tomography (PET).

Kemudian keduanya digabungkan menghasilkan sistem diagnostik yang disebut PET-CT. Dengan instrumen ini, dihasilkan proses pemeriksaan yang cepat dan akurat.

Dengan sistem komputerisasi CT, tubuh dapat dilihat minimal dalam 16 irisan penampang tiga dimensi. Mesin tersebut akan memindai setiap sentimeter dan sekeliling tubuh pasien dengan pemaparan sinar elektron. Pemindai CT ini dapat melihat lokasi pertumbuhan sel abnormal yang tampak berupa benjolan.

PET mampu membedakan benjolan yang terdeteksi itu merupakan kanker atau tumor. Untuk itu, pasien akan disuntik cairan glukosa sebelum didiagnosis.

Glukosa atau zat gula digunakan karena sel kanker yang cepat proses pertumbuhannya menyerap glukosa lebih banyak sebagai sumber energi dibandingkan dengan sel normal.

Ketika ditembak elektron oleh mesin PET, sel kanker yang memakan banyak gula akan tampak lebih bersinar di citra layar monitor.

Gabungan alat pemindai itu PET/CT-Scan dapat mendeteksi sel ganas meski ukurannya beberapa milimeter.

Alat diagnostik baru

Setahun terakhir ini, Warsito P Taruno berhasil mengembangkan teknik diagnostik tomografi dengan listrik statik yang lebih murah dan akurat dinamakan electrical capacitance volume tomography (ECVT). Pada tahap awal, sistem deteksi itu dirancang untuk deteksi kanker payudara.

Untuk itu, Warsito yang meraih gelar doktornya dari Universitas Shizuoka, Jepang, itu merancang lempeng aluminium yang menyerupai tempurung kelapa, disebut alat pemindai kanker payudara.

Lalu, di bagian luar dipasang sensor sebanyak 24 buah. Sensor itu kemudian disambungkan pada kabel ke sistem data akuisisi, selanjutnya dihubungkan ke sistem komputer dan monitor.

Sistem ini dapat menampilkan hanya citra konsentrasi sel kanker dan mampu menghilangkan citra sel normal. Konsentrasi sel kanker yang mampu ditampilkan paling kecil hingga 0,5 persen. Selain itu, alat ini juga dapat menampilkan sebaran sel kanker secara dinamik.

”Ini tidak mungkin terdeteksi dengan sistem lain yang ada selama ini seperti ultrasonografi (USG) 4 dimensi, magnetic resonance imaging (MRI), ataupun mamografi. Dengan PET Scan, misalnya, konsentrasi kanker hanya sampai 20 persen.

Sebelum menciptakan alat diagnostik itu, Warsito memulai riset tahun 1991 hingga mampu mengembangkan tomografi ultrasound untuk mendeteksi kepekatan gas dan partikel di dalam reaktor berfasa banyak.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com