Martini pun berusaha melestarikan pangan lokal, salah satunya dengan mendirikan restoran. Lewat restoran, dia ingin menarik kembali perhatian masyarakat pada budaya warisan leluhur. Setelah mencicipi masakan restoran itu, ia ingin masyarakat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Meski beberapa temannya beranggapan restoran tersebut tak akan menguntungkan secara ekonomis, Martini pantang menyerah. Perempuan yang gemar memasak ini mempunyai pengalaman mengelola Rumah Makan Betania di Kecamatan Wolowaru, Ende, pada tahun 1993- 1994.
Guna menunjang misinya, tahun 2009 dia mendapat pinjaman dari Koperasi Kredit Gerbang Kasih sebesar Rp 80 juta untuk pengembangan unit usaha Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muktiyasa Ende. Unit ini mengelola sejumlah kegiatan dengan tujuan utama praktik siswa jurusan tata busana, tata rias, dan tata boga.
Martini lalu mendirikan salon kecantikan, sanggar menjahit, dan restoran pangan lokal untuk praktik siswa. Khusus untuk menjamin pasokan bahan baku restoran, dia membentuk 10 kelompok tani binaan di Kecamatan Lepembusu Kelisoke, Ende. Tiap kelompok memiliki areal sekitar 10 hektar.
Kelompok tani itu fokus menyuplai bahan pangan lokal untuk restoran. Mereka membudidayakan 9 jenis padi lokal, 3 jenis sorgum (sorgum hitam, putih, dan merah), jewawut, pega (sejenis jewawut) yang berkhasiat menyembuhkan demam, kacang merah, dan mbape, sejenis kacang-kacangan yang berkhasiat untuk air susu ibu.
Martini juga membina kelompok perajin untuk keperluan restoran. Mereka membuat antara lain te’e (tikar dari anyaman daun pandan untuk pengunjung duduk lesehan), meja bambu berkaki rendah, dan wati (piring atau tempat nasi dari anyaman daun lontar).
Para perajin pula yang membuat he’a (mangkuk kecil dari tempurung kelapa), pane (mangkuk dari tanah liat), mako (semacam cangkir dari batok kelapa), dan mako tana (cangkir dari tanah liat).
Semua kebutuhan restoran ini dibuat dari bahan alam lokal. ”Biar suasananya menyatu dengan alam. Konon, bila kita minum kopi menggunakan mako tana, aroma kopinya menjadi sangat kuat dan lebih harum,” katanya.
Restoran pangan lokal ini menyajikan menu andalan, seperti nasi beras merah campur jagung dan nasi kacang (nasi merah campur kacang hitam). Masakan lain di antaranya ikan kuah asam dan ikan bakar, dilengkapi ngeta, urap bunga pepaya, dan daun ubi yang bercampur dengan parutan kelapa.
Restoran ini juga menyuguhkan minuman khas, seperti kopi lokal dan aneka teh, seperti teh jahe, teh pandan, teh kemangi, dan teh serai. Di pekarangan restoran, Martini menanam sekitar 50 jenis sayuran dan sejumlah tanaman bumbu dapur.