Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Harus Peduli Obat Generik

Kompas.com - 19/03/2012, 17:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat masih perlu terus diberikan pemahaman dan edukasi agar mau menggunakan obat generik ketimbang obat bermerek. Pasalnya, anggapan bahwa obat bermerek jauh lebih berkhasiat ketimbang obat generik masih sangat kuat tertanam di benak masyarakat.

"Masyarakat kita harus peduli dengan obat generik. Mereka juga harus tahu bahwa obat generik itu sama dengan obat bermerek," kata  Sekjen Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Slamet Budiarto dalam jumpa pers memeringati Hari Bakti Dokter Indonesia di kantor Pengurus Besar IDI Jakarta, Senin (19/3/2012).

Slamet mengatakan, sejauh ini  IDI sudah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan menyurati pemerintah agar semua obat bermerek diberikan logo obat generik.  "Seolah-olah obat bermerek adalah obat paten. Padahal itu obat generik yang masa patennya sudah selesai. Masyarakat harus tahu itu," tegasnya.

Menurut Slamet, selisih harga antara obat bermerek dan generik bisa mencapai hampir 20-30 kali lipat. Hal ini sudah tentu akan memberatkan pasien yang seharusnya bisa membeli obat dengan harga murah, malah menjadi lebih mahal.

"IDI (Ikatan Dokter Indonesia) sudah mengimbau kepada seluruh anggotanya bahwa dalam menulis resep harus memberikan obat generik," ujarnya.

Selain memberi himbauan kepada para anggotanya untuk meresepkan obat generik, IDI juga melarang keras kepada seluruh anggotanya untuk tidak melakukan kontrak dengan perusahaan farmasi. Apabila terbukti ada anggotanya yang terlibat, maka akan diberikan sanksi berupa pembinaan.

Obat generik hanya 20 persen di apotik

Disisi lain, Slamet juga mengamati bahwa masih banyak apotik yang tidak menyediakan obat generik. Hal ini menurutnya harus mendapat perhatian serius dari pemerintah, mengingat sudah ada peraturan menteri kesehatan tentang pemakaian obat generik.

"Apotek harus direformasi. Penyediaan obat generik di apotek cuma 10-20 persen," katanya.

Seharusnya lanjut Slamet, ketersediaan obat generik di apotek harus diatas 50 persen. Sementara untuk setiap rumah sakit, minimal harus menyediakan 80 persen obat generik, sehingga ketika dokter meresepkan obat generik, masyarakat dapat dengan mudah mendapatkannya.

"Kasihan masyarakat yang harusnya bisa bayar obat dengan harga satu juta jadi membayar 20 juta," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com