Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup Sehat Berawal dari Tidur Sehat

Kompas.com - 05/04/2012, 07:02 WIB

KOMPAS.com - Semua orang merasa segar bugar dan penuh vitalitas saat bangun tidur. Untuk itu, manusia mencari cara agar tetap dapat berfungsi optimal sepanjang waktu sama seperti di pagi hari. Mulailah manusia mencari zat-zat stimulan, mulai dari kopi, kokain, vitamin hingga berbagai bahan yang diharapkan dapat memberi rasa segar dan bugar.

Sayang, sampai saat ini belum ditemukan zat yang dapat memberikan kebugaran sempurna. Semua hanya memberikan kesegaran sementara, tanpa memulihkan kemampuan otak apalagi kebugaran badan. Namun, akibat mulai dikenal luasnya stimulan, perlahan kesehatan tidur mulai diabaikan dan mencapai puncaknya saat ditemukannya bola lampu.

Aktivitas manusia yang bergantung pada siklus terang dan gelap mulai bergeser. Tanpa disadari, gangguan-gangguan tidur pun bermunculan. Konsep kesehatan, yang dahulu hanya memperhatikan keseimbangan gizi dan olah raga pun turut berubah seiring munculnya gangguan kesehatan akibat gangguan tidur. Rasa tak nyaman, kelambanan berpikir dan turunnya daya tahan tubuh menjadi keluhan-keluhan kesehatan utama dari gangguan tidur.

Tapi bukan itu saja, kedokteran modern kini mengenali kantuk sebagai risiko keselamatan dan kesehatan yang serius. Manifestasi kantuk jelas membahayakan ketika sedang mengendara. Tetapi keselamatan juga terancam ketika pengendara tidak waspada dan lamban saat merespons kejadian darurat. Kedua hal ini terbukti disebabkan oleh kekurangan tidur.

Berbagai penyakit serius kini juga dikenali disebabkan oleh gangguan tidur. Sebut saja hipertensi, diabetes, penyakit jantung hingga stroke semuanya dipengaruhi bahkan disebabkan oleh gangguan tidur. Dan gangguan tidur bukanlah insomnia semata! Ada sekitar 80-an gangguan tidur dalam International Classification of Sleep Disorder.  Yang paling berbahaya justru mengantuk berlebihan walau durasi tidur sudah cukup. Kondisi ini dikenal dengan istilah hipersomnia.

Triumvirate of Health

Bapak kedokteran tidur William Dement mengajukan the Triumvirate of Health atau tiga komponen utama kesehatan yaitu keseimbangan nutrisi, olah raga dan tidur yang sehat. Memperhatikan olah raga dan nutrisi saja jelas kurang. Salah satu kesalahpahaman yang paling sering dijumpai adalah olah raga di malam hari. Karena kesibukan, orang dengan kesadaran kesehatan tinggi memilih berolah raga di malam hari, walau sebenarnya tak sesuai dengan jam biologis manusia. Akibatnya, jam tidur pun dikorbankan. Belum lagi akibat adrenalin yang meningkatkan karena olah tubuh, pada gilirannya akan mempersulit proses tidur seseorang.

Alih-alih semakin sehat, tubuh malah rentan terserang infeksi, kadar gula darah meningkat, tekanan darah naik dan berat badan malah merangkak naik. Ya, kondisi kurang tidur malah mengganggu metabolisme hingga seseorang jadi 'mudah' gemuk. Juga ketika memperhatikan kesehatan serta tumbuh kembang anak. Percuma jika orang tua hanya memperhatikan asupan gizi dan vitamin jika tak perhatikan kesehatan tidurnya. Anda tahu? Sistem daya tahan tubuhnya hanya bekerja optimal saat tidur!

Tidur Sehat

Tidur yang sehat tidaklah rumit. Parameternya pun mudah sekali dinilai di kehidupan sehari-hari. Ketika kita bangun segar bugar dan tidak mengantuk di siang hari, artinya kita sudah tidur dengan sehat. Kebiasaan tidur yang baik akan menjamin tidur yang nyaman. Biasakan untuk tidur diwaktu-waktu yang sama. Dengan demikian Anda telah men-set jam biologis untuk beristirahat. Setelah terbiasa, kantuk akan datang dengan sendirinya pada jam-jam tersebut.

Sebaliknya, jam tidur yang tidak teratur akan mengacaukan pola tidur Anda. Tidur tanpa persiapan akan merampas tidur. Siap untuk tidur bukan hanya mengantuk saja. Siap untuk tidur adalah mengantuk dan rileks. Padahal banyak orang yang demi produktivitas, ingin terus bekerja hingga kantuk tak tertahankan lagi. Akibatnya, mereka merasa lelah tanpa bisa memejamkan mata.

Setengah jam atau lima belas menit sebelum tidur, lepaskan semua pekerjaan dan aktivitas yang terlalu menyibukkan mata serta pikiran. Televisi termasuk di dalamnya. Lalu lakukan aktivitas yang menyenangkan dan menenangkan. Sekedar membaca atau melakukan perawatan kulit. Setelah merasa cukup santai dan mengantuk, barulah naik ke tempat tidur. Jika kantuk terus menyerang walau sudah cukup tidur, ini memerlukan penanganan lebih serius. Apalagi jika ditemukan mendengkur, hipertensi atau diabetes.

Pemeriksaan tidur di laboratorium tidur harus dilakukan, karena diindikasikan adanya henti nafas saat tidur yang berbahaya bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Kondisi ini bisa menyerang orang yang tampilan saat terjaganya tampak sehat. Dengan mudah Anda dapat menemui contoh di internet bagaimana orang sehat, bahkan atlet ternama bisa mengidap penyakit jantung akibat mendengkur.

Gaya hidup sehat

Memprihatinkan sebenarnya setiap hari menemukan orang-orang muda aktif nan produktif namun harus menyeret diri keluar dari tempat tidur di pagi hari. Mata yang lelah, konsentrasi yang lunglai, menjadi cirinya. Walapun pada jam-jam tertentu mereka tampak segar, namun jika saja memperhatikan kesehatan tidur, tentu akan jauh lebih produktif lagi. Juga status kesehatan seseorang.

William Dement menyatakan bahwa lebih mudah menilai status kesehatan seseorang dari mengamati pola tidurnya dibanding dari pola makan atau rutinitas olah raganya. Penyakit-penyakit kronis juga kini semakin banyak penderitanya di Indonesia. Penyebabnya tak lain dari gaya hidup tak sehat, terutama akibat mengabaikan kesehatan tidur. Maka, mari kita lebih perhatikan kesehatan tidur demi kualitas Indonesia yang lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com