Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/04/2012, 03:59 WIB

KOMPAS.com - Populasi penduduk di dunia terus bertambah. Jumlah penduduk yang mengalami kelebihan berat badan maupun obesitas  juga merangkak naik. Hal serupa juga terjadi anak-anak.  Kejadian obesitas pada anak kian meningkat. Bila tidak dilakukan pencegahan dan penanganan sedari dini, anak-anak dengan kelebihan berat maupun obesitas itu akan tumbuh menjadi orang dewasa yang juga gemuk. Kondisi tersebut menempatkan mereka pada risiko tinggi atas kesehatannya.

Obesitas pada anak meningkat secara nyata. Kondisi itu tentu sangat mengkhawatirkan karena obesitas pada usia dini dapat memicu terjadinya berbagai penyakit serius di masa depan. Kejadian obesitas pada anak tersebut tidak hanya dialami oleh negara maju seperti Amerika Serikat maupun Eropa, tetapi juga negara berkembang seperti Indonesia.

Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, tahun 2010, sekitar 43 juta anak balita mengalami kelebihan berat badan. Hampir 35 juta anak yang mengalami kelebihan berat badan tinggal di negara berkembang. Sisanya, sebanyak 8 juta, berada di negara maju. Cina dengan populasi penduduk paling padat tak lepas dari masalah tersebut. Anak-anak di Cina semakin gemuk.

Bagaimana di Indonesia?

Data Riskesdas 2010 menunjukkan, obesitas pada balita mencapai 14 persen, sedangkan anak usia 15 tahun ke atas persentasenya 19,1 persen. Angka tersebut tergolong tinggi, sehingga perlu mendapat perhatian penuh dari semua pihak. Tren kelebihan nutrisi, baik dalam kelebihan berat badan maupun obesitas pada anak, menjadi perhatian dunia internasional.

Masalah tersebut, menurut Prof. W. Philip T James, MD, Ph.D, awalnya dianggap hanya terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi. Kenyataannya, jumlah anak dengan masalah kelebihan berat badan dan obesitas juga kian meningkat di negara berpendapatan rendah dan menengah, khususnya di perkotaan.

Anak Mediterania Paling Gemuk

Di negara maju, kejadian anak yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas juga terlihat, seperti di Eropa. Temuan menariknya, anak-anak usia 7-11 tahun tergemuk di wilayah Eropa, ternyata ada di wilayah Mediterania. Hal serupa juga terlihat pada anak usia remaja, berumur 13-17 tahun.

Fakta itu sedikit menyedihkan. Sebab, wilayah Mediterania terkenal dengan teori diet yang sangat baik. Nyatanya, anak tergemuk di Eropa justru berada di wilayah tersebut.

"Wilayah Mediterania, yang seharusnya memiliki makanan terbaik di dunia, mengalami perubahan sistem makanan, misalnya dengan munculnya iklan french fries di televisi. Itu bisa menjadi malapetaka," ujar profesor nutrisi dari London School of Hygiene, saat dijumpai di acara Nutritalk di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tiru Prancis
Karena itu, harus dilakukan upaya agar kejadian obesitas maupun kelebihan berat badan pada anak bisa dicegah ataupun berkurang. Inisiatif yang dilakukan Prancis dalam mengurangi epidemik obesitas pada anak tampaknya dapat ditiru. Tahun 2000, prevalensi anak usia 7-9 tahun dari 64 wilayah yang mengalami kelebihan berat badan tercatat sekitar 18,1 persen anak dan obesitas sebesar 3,8 persen. Tujuh tahun kemudian, berdasar angka tersebut, setelah dilakukan tindakan oleh pemerintah Prancis, persentase anak yang kelebihan berat badan turun menjadi 15,5 persen dan obesitas menjadi 2,8 persen.

Cara yang dilakukan pemerintah Prancis adalah dengan mengontrol makanan dan minuman di sekolah secara total dan melarang setiap pemasaran terhadap anak. Pemasaran atas makanan tinggi lemak, gula, dan garam dilarang kecuali dikenakan pajak dan dipasarkan dengan peringatan kesehatan.

Data tersebut dipresentasikan oleh Menteri Kesehatan Prancis pada International Congress of Nutrition Bangkok, Oktober 2009.
Inisiatif tersebut tentunya memiliki tujuan yang baik, yaitu menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Sebab, risiko penyakit jantung koroner meningkat pada orang dewasa bila di masa kanak-kanaknya (7-13 tahun) mengalami peningkatan berat badan.

Selain Prancis, tindakan yang dilakukan Belanda juga patut ditiru. Dikemukakan oleh President of the International Association for the Study of Obesity ini, sistem yang diberlakukan di Belanda sangat bagus. Masyarakat didorong untuk menggenjot sepeda atau jalan
kaki ketimbang naik mobil, dan pedesterian dibuat sangat lebar, yang memungkinkan masyarat melakukan itu semua.

"Orang berusia 60 tahun pun, ketika berbelanja, mereka menggunakan sepeda," ujar ketua dari Senators Group for 5 Years Strategic Nutrition Plan, WHO EURO ini.

(Diana Y Sari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com