Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dexa Medica Terus Berkomitmen Memasyarakatkan OGB

Kompas.com - 16/04/2012, 12:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Mengubah persepsi masyarakat terhadap Obat Generik Berlogo (OGB) memang tidak mudah. Perlu usaha dan kerjasama yang lebih komprehensif baik dari pemerintah maupun perusahaan industri farmasi.

Salah satu pabrik swasta nasional yang terus memproduksi OGB secara berkesinambungan sejak tahun 1991 adalah Dexa Medica. Komitmen Dexa Medica dalam menyediakan OGB merupakan sebagai upaya mendukung program pemerintah, yang pada tahun 1989 meluncurkan program produksi OGB.

Tarcisius T. Randy, Head of Marketing and Sales OGBdexa, mengungkapkan, sebagai perusahaan farmasi yang mendukung program OGB, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk lebih memasyarakatkan OGB kepada masyarakat. Mulai dari talkshow di radio, memberikan pengobatan gratis dan edukasi tidak hanya kepada pasien, tetapi juga dokter dan apotek.

"Memang selama ini peran pemerintah dalam hal sosialisasi dan edukasi masih kurang, sehingga kami sendiri mencoba meyakinkan ke masyarakat agar mereka yakin dengan OGB, khususnya dexa," katanya.

Saat ini, dexa sudah memiliki sekitar 90 item OGB, yang terdiri dari berbagai jenis sediaan, baik berupa oral, injeksi, dan topikal. Jumlah ini akan terus ditingkatkan mengingat masih ada 400 lebih item OGB.

Tarcicius menjelaskan, harga OGB relatif lebih murah ketimbang obat branded atau bermerek dikarenakan harganya ditetapkan oleh pemerintah sehingga terjangkau oleh masyarakat. Meskipun demikian tidak berarti bahwa OGB adalah obat murahan dan tidak berkualitas.

"Memang murah tapi tidak murahan. Karena OGB dan branded memiliki kualitas dan khasiat yang sama," katanya.

Banyak faktor yang dapat menekan harga OGB sehingga terjangkau oleh masyarakat. Pertama, OGB diproduksi dalam jumlah yang besar, sehingga skala produksinya efisien. Skala produksi yang besar, dapat menekan biaya produksi. Bahan baku dan kemas yang digunakan juga dalam jumlah besar sehingga harga pembeliannya lebih rendah, bila dibandingkan dengan pembelian dalam jumlah kecil.

Kedua, OGB selalu dibuat sederhana, tetapi memiliki daya kemas yang baik (sesuai ketentuan BPOM, untuk menjamin kualitas obat), sehingga menurunkan biaya kemasan. "Kalau OGB paling hanya tiga warna dan dominasi putih. Di situlah kenapa OGB harganya terjangkau," ucap Tarcisius.

Ketiga, obat generik hanya meng-copy obat paten yang sudah ada, dan tentu setelah masa patennya berakhir. Sehingga untuk menilai khasiat, keamanan, dan kualitas obat generik tidak diperlukan lagi uji klinis.

Tarcisius mengatakan, harga OGB di Indonesia biasanya sepertiga kali daripada harga obat branded. Bahkan pada beberapa jenis obat branded ada yang harganya 10 kali lipat lebih tinggi ketimbang OGB.

"Volume OGB di pasaran baru sekitar 10 persen dari total pasar obat, jadi peluangnya masih besar. Kalau orang mau berhemat, pakai OGB," tambahnya.

Produsen yang mau memproduksi OGB, lanjut Tarcisius, harus memiliki sertifikat CPOB  (Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang diterbitkan pemerintah. Pada tahun 1990, Dexa Medica merupakan satu dari lima perusahaan farmasi pertama yang menerima sertifikat CPOB dari Badan Pengawas Obat dan Makan (BPOM).

Di situlah awal mula dexa memproduksi obat-obatan yang masal seperti misalnya paracetamol dan amoxicilin. "Sekarang kita sedang melirik obat apa lagi yang sering diresepkan dokter-dokter yang belum ada generiknya," ujarnya.

Menggarap apotik

Mengingat masih terbatasnya ketersediaan obat generik di apotik, dexa memiliki program khusus yakni memperluas area distribusi OGB ke apotek-apotek di seluruh Indonesia. Rencananya akan ada 3.000 apotek yang masuk dalam target pemasaran.

Dari 3.000 apotek yang menjadi sasaran tersebut, Tarcisius berharap, semua item OGB dexa dapat tersedia. Kalau pun tidak,  minimal untuk penyakit kronis harus ada.

"Pemerataan ketersediaan OGB itu penting. Jadi percuma kalau iklan OGB di gembar-gemborkan tapi ketersediaannya tidak ada," paparnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, banyak apotek yang lebih memilih untuk menjual obat bermerek dikarenakan keuntungan yang didapat bisa lebih besar meski hanya menjual dalam jumlah kecil. Sedangkan OGB, harus jual banyak baru dapat untung.

"Kami sudah menentukan apotek mana saja yang akan memakai OGB dexa," ucapnya.

Selain apotek, dexa juga akan memperluas distribusi OGB ke rumah sakit swasta, khususnya bagi pasien kelas III. Karena ada beberapa rumah sakit swasta yang juga menangani pasien dengan ASKES.

Dexa berkomitmen akan terus memperbesar bisnis OGB, apalagi sejak disahkannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sekarang yang dibutuhkan adalah dukungan dan ketegasan dari pemerintah untuk kembali mewajibkan rumah sakit umum pemerintah dalam menyediakan OGB, serta mengimbau rumah sakit swasta supaya mau menyediakan OGB.

Tarcisius mengungkapkan, jika dibandingkan dulu dan sekrang, persepsi masyarakat terhadap OGB sudah makin meningkat. Bahkan menurutnya, pasien sudah berani meminta kepada dokter untuk diresepkan obat generik, jika memang ada.

"Kalau masyarakat seluruhnya sudah mengerti benar tentang OGB, masyarakat banyak terbantu, apalagi ditengah naiknya harga-harga kebutuhan hidup seperti sekarang ini," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com