Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemahaman Ibu Menyusui Masih Rendah

Kompas.com - 02/05/2012, 07:38 WIB

Jakarta, Kompas - Tingkat pemberian air susu ibu eksklusif di Indonesia masih rendah. Kondisi ini terjadi di semua daerah dan kelompok ekonomi masyarakat. Rendahnya pengetahuan tentang manfaat ASI dan gencarnya informasi susu formula membuat masa depan banyak anak Indonesia dikorbankan.

Ketua Umum Sentra Laktasi Indonesia Utami Roesli saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (1/5), mengatakan, pemberian ASI secara benar dapat mengurangi risiko ibu menderita berbagai penyakit, mulai dari kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur, rematik, keropos tulang, hingga kencing manis.

Pemberian ASI yang benar terdiri atas beberapa tahap, mulai dari inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan, pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berumur 6 bulan yang dibuat sendiri, dan menyusui hingga bayi berumur 2 tahun.

”Banyak ibu tak memberikan ASI dengan benar karena tak tahu manfaatnya,” katanya.

Riset Kesehatan Dasar 2010 menyebut, hanya 15,3 persen bayi umur kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif. Makin tinggi kondisi ekonomi keluarga, makin rendah tingkat pemberian ASI eksklusif. Tingkat pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat pada kelompok keluarga termiskin sebesar 34,7 persen.

Kondisi ini mengkhawatirkan karena harga susu formula tidak murah, tidak sebanding dengan pendapatan keluarga. Untuk menyiasati, banyak keluarga miskin mengurangi takaran susu formula sehingga susu lebih encer.

Ini berarti bayi kurang mendapat zat-zat gizi yang dibutuhkan. Pengurangan takaran susu bayi berdampak panjang bagi masa depan bayi. Kondisi ini tak akan terjadi jika pemberian ASI eksklusif berjalan baik.

Ahli gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Zainal Arifin, menambahkan, rendahnya pemberian ASI eksklusif di semua daerah dan kelompok ekonomi terjadi karena makin banyak ibu yang harus bekerja. Ibu bekerja bukan hanya terjadi pada kelompok menengah atas, melainkan juga kelompok menengah bawah.

Banyaknya kaum ibu menengah bawah yang harus bekerja terlihat di kawasan industri di sekitar Jakarta. Setiap pergantian jam kerja, banyak kaum ibu pergi atau pulang bekerja.

Kondisi itu juga terjadi kota kecil yang memiliki banyak industri, seperti Jombang. Perusahaan yang banyak mempekerjakan perempuan antara lain perusahaan rokok dan sepatu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com