Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencetus Asma Ada di Sekitar Penderita

Kompas.com - 08/05/2012, 22:50 WIB
M Zaid Wahyudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pencetus serangan asma pada setiap penderita asma berbeda-beda. Namun, pencetus ini ada di sekitar mereka. Kesiapsiagaan dalam menghadapi gejala asma yang muncul tiba-tiba dapat mengurangi risiko yang lebih besar.

Guru Besar Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Persahabatan, Faisal Yunus, di Jakarta, Selasa (8/5/2012), mengatakan, gejala asma ditandai dengan batuk-batuk pada malam hari, rasa berat atau nyeri di dada, sesak napas, dan napas berbunyi 'ngik-ngik' atau 'mengi' (wheezing).

Namun, semua gejala itu dapat muncul jika ada faktor pencetusnya. Faktor pencetus ini pada setiap orang berbeda-beda, sehingga penanganan asma membutuhkan pelayanan kesehatan yang bersifat individual.

Pencetus ini dapat berupa debu rumah, kelelahan, emosi, bulu binatang (anjing, kucing, kecoa, tungau), serbuk sari aneka bunga, cuaca (panas atau dingin), makanan (es krim, kacang, tomat), protein jenis tertentu (udang, telur, kerang, kepiting), hingga polutan penyebab polusi udara (asap knalpot kendaraan, asap cerobong pabrik, asap rokok).

"Gejala asma lebih sering muncul pada malam hari, karena banyak faktor pencetus disekeliling penderita, mulai suhu yang dingin, tungau di tempat tidur yang memakan kulit tubuh manusia yang terkelupas, hingga turunnya hormon kortisol (pengatur stress)," katanya.

Menurut Faisal, asma tidak dapat disembuhkan, tapi dapat dikontrol. Selain menghindari pencetus asma, pengobatan yang tepat dan olahraga teratur menjadi kunci. Obat asma yang digunakan memiliki dua jenis, yaitu obat pelega napas dan obat pengontrol asma.

Obat pelega napas digunakan saat serangan asma muncul. Obat ini dapat melegakan napas dengan cepat, namun tidak menyembuhkan penyakit. Obat ini tidak boleh digunakan terus menerus.

Obat pengontrol asma harus dikonsumsi rutin setiap hari. Obat ini dapat menghilangkan asma dalam jangka waktu lama hingga tidak sering kambuh. Namun, karena sifat asma yang tidak bisa disembuhkan, obat ini hanya bersifat menekan gejala asma.

"Jenis obat paling baik digunakan adalah yang bersifat obat hirup atau inhalasi karena efek sampingnya paling ringan dibanding obat minum atau obat suntik. Dosis obat hirup paling rendah, namun tetap tidak boleh dikonsumsi terus menerus" katanya.

Dokter spesialis paru yang merupakan anggota Tim Dokter Pelaksana Pemeliharaan Kesehatan Bagi Menteri dan Pejabat Tertentu, Budhi Antariksa, menambahkan, serangan asma jarang yang memicu kematian. Serangan asma terdiri atas empat bagian, yaitu serangan ringan, sedang, berat dan mengancam jiwa.

Serangan yang mengancam jiwa adalah yang paling berat. Namun, untuk sampai pada tahap ini, biasanya dipicu oleh serangan-serangan ringan yang tidak diobati secara tepat. Seiring pertambahan waktu, tingkat serangan itu akhirnya meningkat menjadi serangan sedang, berat hingga mengancam jiwa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com