Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tanpa Pamrih di Ruang Forensik

Kompas.com - 15/05/2012, 03:25 WIB

Bantuan para relawan forensik di Rumah Sakit Polri RS Sukanto layak diberi apresiasi. Mereka bekerja siang-malam mengidentifikasi potongan jasad yang jumlahnya ratusan. Para ahli forensik ini bekerja dengan tuntutan akurasi tinggi agar tidak terjadi kesalahan susunan tubuh korban kecelakaan.

Gila, ini kerja yang gila. Namun, kami sudah biasa begini. Saya tidak bisa pulang jika ada kasus,” tutur Kepala Laboratorium Forensik RS Polri Tri Roso Adi Waluyo saat ditemui Kompas, Jumat (11/5) lalu.

Sejak Kamis hingga Senin Tri Roso tidur di rumah sakit. Sejumlah tim identifikasi juga tidur di sana, menempati ruang-ruang yang seharusnya bukan untuk tidur. Rombongan tim forensik dari Universitas Airlangga, misalnya, selama terlibat proses identifikasi tidur di ruang rapat RS Polri.

Sebagian ahli forensik tidur di ruang klinik fisioterapi. Jika tidak kebagian ruang kosong, mereka tidur di rumah kerabat dan saudara dekat di Jakarta. Bagi ahli forensik yang tinggal di Jakarta, mereka dapat pulang ke rumahnya setiap selesai melakukan kegiatan. Hanya ahli forensik Rusia yang menginap di hotel selama tugas di RS Polri.

Tugas berat

Tugas tim identifikasi di RS Polri begitu berat. Mereka harus melakukan tes deoxyribonucleic acid (DNA) ratusan potong tubuh korban Sukhoi satu per satu. Laksana menyusun permainan jigsaw puzzle, proses ini memerlukan waktu. Entah sampai kapan, belum ada pihak yang dapat memastikan kapan selesai. Mereka bekerja dalam beberapa kelompok, masing-masing beranggotakan 10 orang.

Setiap kelompok terdiri dari ahli sidik jari, odontologi forensik, patologi forensik, antropologi forensik, dan ahli DNA. Setiap potongan tubuh dianalisis dan didata, misalnya bagian dari organ apa, ras apa, termasuk pemeriksaan gigi geligi.

Dari pemeriksaan forensik sementara, identifikasi memang sudah mengarah untuk sebagian korban yang berjumlah 45 orang. Namun, akurasinya masih jauh dari 100 persen. Untuk memastikan potongan tubuh ini milik siapa, Disaster Victim Identification (DVI) melakukan tes DNA untuk semua potongan tubuh. ”Akurasi tes DNA mencapai 99,9 persen. Jadi, identifikasi korban kemungkinan besar tidak akan salah,” kata Direktur RS Polri Sukanto Brigadir Jenderal (Pol) Agus Prayitno.

Identifikasi tersulit

Proses identifikasi kali ini bahkan merupakan yang tersulit yang pernah digelar di RS Polri. Tingkat kesulitan identifikasi kali ini jauh lebih rumit dibandingkan dengan korban bom Marriott tahun 2003. Ketika itu, beberapa korban bom masih dapat dikenali secara visual. Namun, bagian tubuh korban kecelakaan pesawat Sukhoi tak ada lagi yang bisa dikenali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com