Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendengkur dan Kanker

Kompas.com - 23/05/2012, 08:34 WIB

KOMPAS.com - Dua penelitian telah mengungkapkan fakta baru tentang bahaya mendengkur bagi kesehatan. Tidak main-main, mendengkur dan kantuk berlebihan yang menjadi tanda dari sleep apnea, didapati meningkatkan resiko seseorang untuk terserang kanker.

Jika penelitian terdahulu melihat hubungan sleep apnea dengan kanker pada tikus, kedua penelitian ini adalah yang pertama meneliti hubungan kanker dan sleep apnea pada manusia. Sebuah terobosan baru yang sayang jika kita abaikan begitu saja.

Sleep apnea yang artinya henti nafas saat tidur, terjadi sebagai akibat sempitnya saluran nafas atas yang melemas. Saluran nafas akan tersumbat mengakibatkan sesak yang tak disadari dalam tidur. Penderitanya tampak mendengkur biasa, diikuti episode sunyi dengan gerakan nafas dalam, lalu seolah tersedak dan mendengkur lagi. Walau penderita tampak sesak dalam tidur, ia sama sekali tak menyadarinya jika tak diingatkan oleh orang lain. Kadar oksigen dalam darah pun akan naik turun sepanjang malam.

Di Amerika, penderita sleep apnea mencapai 28 juta jiwa, sementara di Indonesia masih belum diketahui. Namun diduga penderitanya juga tidak sedikit. Lihat saja di sekeliling kita, rekan atau kerabat, pasti ada yang mendengkur. Bagi seorang dokter ahli kesehatan tidur, sleep apnea bukanlah gangguan tidur yang sepele. Sleep apnea telah diketahui berakibat langsung pada hipertensi, kesehatan jantung dan pembuluh darah, serta mengakibatkan penyakit diabetes, stroke dan impotensi. Belum lagi akibatnya pada kualitas hidup yang disebabkan oleh hipersomnia atau kantuk berlebihan.

Penelitian

Para peneliti Spanyol mengikuti 5.200 pasien klinik gangguan tidur selama 7 tahun dan mendapati bahwa penderita sleep apnea yang parah punya risiko 65% lebih besar untuk terkena kanker. Sementara di Wisconsin, Amerika, peneliti mengikuti 1.500 pegawai negeri, dan mendapatkan bahwa mereka yang mengalami gangguan nafas parah selama tidur mempunyai risiko kematian akibat kanker lima kali lipat dibanding mereka yang normal. Kedua kelompok penelitian ini tidak berfokus pada jenis kanker tertentu.

Peneliti Spanyol melihat kejadian kanker diantara penderita sleep apnea. Mereka menilai berapa kali kadar oksigen darah turun selama tidur, lalu membandingkannya dengan angka kejadian kanker. Di awal penelitian penderita sleep apnea ini tak ada yang terdiagnosa dengan kanker. Setelah diikuti selama tujuh tahun, mereka yang terdiagnosa dengan kanker dilihat kembali angka penurunan oksigennya. Hasilnya semakin parah angka penurunan oksigen, semakin besar pula kemungkinannya menderita kanker di masa depan. Mereka yang oksigennya turun di bawah 90% (batas normal kadar oksigen saat tidur) punya risiko 68% lebih besar untuk menderita kanker dibanding mereka yang normal kadar oksigennya selama tidur. Semakin sering penurunan kadar oksigen, semakin besar pula risiko kankernya.

Penelitian di Wisconsin, AS melihat data kesehatan pegawai negeri sejak tahun 1989 dan merupakan salah satu proyek terbesar tentang sleep apnea pada populasi luas. Semua peserta telah menjalani pemeriksaan tidur menggunakan polisomnografi. Namun penelitian ini lebih berfokus pada angka kematian akibat kanker pada penderita sleep apnea. Didapati bahwa penderita sleep apnea sedang mempunyai risiko mengalami akibat kanker dua kali lipat, dibandingkan mereka yang sehat. Sementara penderita sleep apnea yang parah risikonya meningkat hingga 4,8 kali!

Kedua penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan the American Thoracic Society ini membuka cakrawala baru hubungan tidur dengan kesehatan. Namun para peneliti juga menekankan perlunya penelitian-penelitian baru yang lebih mencerahkan.

Mekanisme mendengkur dan kanker

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com