Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sekilas Transplantasi Jantung

Kompas.com - 30/05/2012, 11:13 WIB

Masalah terbesar dalam proses transplantasi jantung berasal dari tubuh pasien sendiri. Mengapa? Karena, sistem kekebalan tubuh pasien akan melindungi dia dari zat-zat yang berpotensi membahayakan.

Perlu diketahui bahwa sebuah "organ asing" dan jaringan yang masuk ke dalam tubuh akan hampir pasti memicu respon kekebalan tubuh, yang justru akan mengakibatkan kehancuran buat jaringan asing tersebut. Untuk mencegah hal ini terjadi, pasien biasanya diberikan obat imunosupresif.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya penolakan dari tubuh terhadap organ yang didonor, maka setiap 3 sampai 4 bulan setelah transplantasi, dokter akan mengambil sampel (biopsi) dari jaringan jantung untuk diuji dan menjalani pemeriksaan elektrokardiografi (EKG), atau tes darah.

Sementara pemberian obat immuno-suppresan diperlukan untuk menekan sistem kekebalan tubuh Anda sehingga tidak menolak donor jantung, obat ini mungkin memiliki efek samping, termasuk peningkatan risiko infeksi dan kanker. Pemberian steroid diberikan dapat menyebabkan efek samping seperti infeksi, borok atau keropos tulang.

Transplantasi jantung biasanya hanya dipertimbangkan bila sudah tidak ada cara lain. Meskipun bukan pilihan pengobatan yang utama, orang sering enggan mempertimbangkannya karena biayanya yang teramat mahal dan jarangnya pendonor. Namun, metode ini juga menjadi satu-satunya pilihan yang menawarkan harapan hidup. Setelah transplantasi jantung, harapan hidup pasien akan bertambah panjang dan biasanya kualitas hidup yang lebih baik juga akan dicapai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com