Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/07/2012, 08:37 WIB

Utomo (45), petugas satpam perusahaan swasta di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, merasa tahu seluk-beluk obat kuat: suplemen yang diidentikkan dengan kejantanan laki-laki.

”Begitu minum obat itu, badan langsung kuat. Jantung berdebar-debar dan jadi pengin ’begituan’. Kalau tidak minum, loyo. Pulang kerja, bawaannya tidur melulu,” ujarnya, Jumat (6/7). Siang itu, ia baru saja menebus satu paket ”pil biru” dari kios Watik seharga Rp 100.000.

Watik salah satu pedagang di Jalan Gadjah Mada, Jakarta Pusat. Kawasan itu dikenal pusat kios obat kuat.

Sebenarnya, Utomo tak bermasalah dengan kehidupan seksualnya. Namun, tugas malam membuat staminanya terasa kurang prima. Ia merasa kurang bersemangat menjalankan kewajibannya sebagai suami.

Suplemen penunjang vitalitas laki-laki ia jadikan solusi. Ia rutin mengonsumsi ”pil biru”, satu butir sebelum berhubungan. Belakangan, ia pilih obat kuat bentuk oles. Pil membuat jantungnya berdebar kencang.

Lain lagi dengan Bambang (46), pengayuh becak di lokalisasi Dolly dan Jarak di Surabaya, Jawa Timur. Ia biasa membeli obat kuat Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per butir.

Hal itu di antaranya urat madu, spider, king kobra, dan semut hitam produksi lokal. Harganya lebih terjangkau. Beda dengan pil biru yang bisa di atas Rp 100.000 per butir.

”Bagaimana, ya, saya memang hobi,” katanya. Awalnya, ia khawatir mengonsumsi obat yang dianggap memberi kejantanan.

Kini, ia terbiasa dan merasa aman-aman saja. ”Asal bisa pilih merek yang tak membuat jantung berdebar-debar,” katanya.

Bambang mengaku tak mengalami efek samping. Berbeda dengan Utomo, yang pernah ereksi setengah jam lebih hingga membuatnya panik.

Ilegal dan berisiko

Kamis lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menegaskan, seluruh obat kuat di pasaran adalah ilegal. BPOM tak pernah memberi persetujuan edar obat yang diklaim menambah vitalitas, memperpanjang organ vital, dan menambah daya tahan dalam berhubungan. Obat-obat itu mengandung bahan kimia obat, seperti sildenafil sitrat, vardenafil, dan tadalafil.

Direktur Standardisasi Obat Tradisional Kosmetik dan Produk Komplemen BPOM Hary Wahyu mengatakan, tak ada pihak yang menjamin kebenaran isi kadar produk yang diklaim obat kuat itu.

Yang ada, pengguna tanpa diagnosa malah dibayangi bahaya. Risikonya bisa mematikan.

Seksolog dan spesialis andrologi, Heru Oentoeng, mengatakan, jangan sembarangan mengonsumsi obat yang dijual bebas dengan mengklaim obat kuat. Obat untuk disfungsi ereksi, misalnya, aman sepanjang di bawah pengawasan dokter, dibeli di tempat yang benar, sesuai dosis, serta mempertimbangkan kondisi dan keberadaan penyakit lain.

”Berbahaya jika termakan mitos obat kuat, membeli sembarangan, dan menggunakan tanpa pengawasan dokter,” ujarnya. Jika obat itu palsu, bisa mengandung tepung, obat kencing manis, hipertensi, ekstasi, dan campuran bahan yang berdampak buruk pada kesehatan.

Dampaknya, pengguna bisa ereksi berjam-jam, kerusakan penis permanen, dan kematian karena gangguan fungsi jantung. Butuh pengawasan ketat pemerintah sebelum korban bertambah. (NIK/ARA/INE)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com