Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/07/2012, 09:18 WIB

TANGERANG, KOMPAS - Penderita kelainan kulit psoriasis tidak bisa disembuhkan. Namun, mereka dapat hidup normal dengan menghindari stres dan menerapkan gaya hidup sehat.

Dokter spesialis kulit dan kelamin Rumah Sakit Premier Bintaro, Detty Dwi Kurniati, mengatakan, 90 persen kasus psoriasis dipicu stres. Sisanya karena konsumsi alkohol, obat-obatan, trauma, serta infeksi.

”Jumlah penderita psoriasis cenderung meningkat. Awal tahun 2000, jumlah penderita psoriasis 2,5 persen dari jumlah penduduk dan sekarang meningkat menjadi 5 persen,” kata Detty dalam seminar ”Waspadai Psoriasis Menyerang Sendi dan Kulit”, Sabtu (14/7), di Tangerang.

Psoriasis adalah kelainan kulit berupa sisik kasar bertumpuk-tumpuk dengan dasar merah tebal. Kelainan kulit terjadi karena pembentukan kulit terlalu cepat. ”Orang normal perlu waktu 28 hari untuk membentuk kulit, sedangkan penderita psoriasis hanya tiga hari. Hal ini terjadi karena ada sitokin yang merangsang sel darah putih untuk bertambah banyak sehingga pembentukan kulit diinduksi lebih cepat,” papar Detty.

Pada tahap awal, psoriasis sulit didiagnosis. Ciri penyakit ini mirip penyakit kulit lain, seperti gangguan jamur, eksim, virus, dan kusta. Namun, psoriasis tidak menular.

Sekitar 70 persen tanda dan gejala kasus psoriasis awalnya berupa munculnya ketombe yang sangat tebal. Setelah itu, kelainan kulit menyebar ke bagian siku, lutut, telapak tangan, telapak kaki, pinggang belakang, dan seluruh tubuh.

Psoriasis merupakan penyakit kronik yang sulit disembuhkan, Untuk mencegah kekambuhan, penderita psoriasis diharapkan menghindari stres, minuman keras, dan rokok. Mereka juga disarankan berolahraga dan berpola makan sehat.

Pada kasus psoriasis ringan, pengobatan cukup menggunakan pelembab/minyak kelapa serta salep yang dioleskan di kulit. Untuk kasus berat, pasien perlu menjalani fototerapi, kortikosteroid, retinoid, atau obat suntik.

”Yang perlu diwaspadai, pasien harus berhati-hati menggunakan steroid. Pemakaian steroid harus dalam pantauan dokter dan tidak boleh lebih dari dua minggu karena kulit justru bisa menolak,” kata Detty.

Bisa jadi artritis

Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan rematologi RS Premier Bintaro, Moh Azwar, menambahkan, pada kasus tertentu, psoriasis bisa berkembang menjadi artritis psoriatik, yaitu keadaan di mana pasien mengalami kelainan kuku, peradangan pada sendi-sendi jari tangan, serta pembentukan tulang baru pada sendi.

Sebanyak 26 persen atau sepertiga dari penderita psoriasis mengalami artritis psoriatik.

”Pengobatan sendi dengan biologic agent sangat mahal, bisa mencapai sekitar Rp 50 juta, dan harus diulangi satu tahun kemudian. Karena itu, begitu mengetahui gejala-gejala psoriasis, pasien sebaiknya segera memeriksakan diri,” ujarnya. (ABK)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau