Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengenalan Makanan Pencetus Alergi Terbukti Efektif

Kompas.com - 19/07/2012, 10:36 WIB

Kompas.com - Ada beberapa strategi yang efektif untuk mengatasi alergi. Salah satunya adalah mengenalkan sedikit demi sedikit makanan pemicu alergi pada orang yang menderita alergi makanan.

Alergi makanan, seperti juga alergi obat dan sengatan serangga, diperkirakan berasal dari respon antibodi terhadap alergen yang mengenai sistem internal tubuh. Alergi makanan mayoritas diderita oleh anak-anak.

Makanan yang sering memicu alergi antara lain susu, kacang, telur, cokelat, ikan, gandung, juga kerang. Reaksinya mulai dari pembengkakan, ruam kulit, diare, hidung tersumbat, hingga shock anafilaktif.

Menghindari makanan yang mencetuskan alergi merupakan cara yang efektif untuk mencegah alergi. Tetapi dalam percobaan yang dilakukan dokter terhadap anak-anak dan remaja yang menderita alergi kacang dan susu, diketahui bahwa pemberian makanan tersebut sedikit demi sedikit akan membantu sistem imun mereka untuk tidak memberikan respon penolakan.

Pendekatan tersebut memang ternyata efektif, namun sebaiknya dikonsultasikan dulu kepada dokter, terutama jika alergi yang diderita anak cukup berat.

"Agar terapi eksperimental ini aman, sebaiknya dalam pengawasan dokter karena terapi ini tidak berhasil pada setiap orang. Beberapa anak mengalami reaksi alergi," kata ketua peneliti Dr.A.Wesley Burks, kepala bagian kedokteran anak dari University of North Carolina, Chapel Hill.

Penelitian yang dilakukan Burks melibatkan 55 anak berusia 5-18 tahun yang menderita alergi telur. Sekitar empat puluh anak diberikan telur dalam dosis kecil dalam bentuk putih telur bubuk. Seperti diketahui putih telur merupakan bagian yang sering memicu alergi. Sekitar 15 anak diberikan tepung jagung untuk perbandingan.

Dosis yang diberikan ditingkatkan setiap dua minggu sampai akhirnya anak-anak itu bisa mengonsumsi dua pertiga telur setiap hari. Selama penelitian anak-anak itu setiap hari mengunjungi dokter untuk mengetahui ada tidaknya gejala yang timbul. Anak-anak itu dianggap tidak berhasil dalam tes jika muncul gejala bersin-bersin.

Selama setahun, anak-anak yang menerima bubuk telur, reaksi alerginya berhasil diturunkan. "Pada akhir tahun, separuh dari anak-anak itu lulus tes, dan pada tahun kedua sekitar 75 persen anak berhasil lulus dari alerginya," kata Burk.

Di Amerika Serikat, sekitar dua persen anak menderita alergi telur dengan gejala -gejala bersin, sakit tenggorokan, bahkan sesak napas yang bisa membahayakan nyawa jika mereka mengonsumsi telur.

Alergi telur biasanya akan berkurang di usia 4-5 tahun. Tetapi sekitar 10 persen anak akan terus menderita alergi telur sampai mereka berusia remaja. Kekhawatiran terbesar adalah anak-anak itu akan mengasup makanan yang tanpa disadari mengandung telur.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com