Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ASI Eksklusif dan Makanan Seimbang Cegah Gizi Kurang

Kompas.com - 06/08/2012, 10:01 WIB

Jakarta, Kompas - Tingginya kasus gizi kurang di Indonesia perlu diatasi sejak dini. Setelah pemberian air susu ibu eksklusif selama enam bulan pertama, perlu dipastikan keseimbangan gizi makanan pendamping ASI bagi anak berusia enam bulan hingga dua tahun.

”Intervensi terhadap gizi kurang harus dilakukan sejak pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI),” kata pengajar Juruzan Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II, Ayu Anggraeni Dyah Purbasari, Sabtu (4/8), di Jakarta.

Prevalensi kasus gizi kurang pada anak balita di Indonesia 17,9 persen pada 2010. Sebanyak 35,6 persen anak balita berbadan pendek (stunting) dan 13,3 persen anak bertubuh kurus.

Masa terbaik mendorong tinggi badan anak disertai pengembangan ukuran otak hanya dapat dilakukan hingga usia dua tahun. Proses ini tak dapat diulang dan berdampak seumur hidup.

Pendeknya badan anak Indonesia disebabkan kurang asupan pangan hewani. Masyarakat menganggap pangan hewani harus berupa daging mahal. Padahal, pangan hewani bisa diperoleh dengan memanfaatkan potensi lokal, seperti ikan, telur, ulat sutra, ulat sagu, atau serangga tertentu.

Dokter spesialis gizi klinik, Sri Durjati Boedihardjo, mengatakan, persoalan tinggi dan berat anak tidak hanya dipengaruhi asupan pangan, tetapi juga kondisi genetika, penyerapan usus, aktivitas fisik, metabolisme tubuh, penyakit kronik, serta kadar air dan lemak dalam tubuh.

”Meski orangtua pendek, anak bisa lebih tinggi dari orangtua dengan asupan gizi yang baik,” katanya.

Banyak orangtua memberi pisang, kurma, atau madu sebagai MP-ASI saat bayi berumur kurang dari enam bulan. Hal ini berisiko karena saluran pencernaan bayi belum siap. Selain itu, bayi akan menganggap makanan itu sebagai pengganti ASI sehingga asupan gizinya kurang, tumbuh kembang anak menjadi terhambat dan rentan sakit, serta peluang ibu menjadi hamil meningkat.

Gizi seimbang

Anggraeni menambahkan, MP-ASI harus memenuhi kriteria gizi seimbang, khususnya energi, protein, zat besi, dan vitamin A. Zat gizi dapat diperoleh dari nasi atau sumber karbohidrat lain, lauk hewani, lauk nabati, serta sayur dan buah aneka warna.

Makanan harus diberikan dengan tekstur lumat atau kental dengan porsi dan frekuensi makanan yang diberikan bertahap sesuai dengan umur bayi.

Ketua Ikatan Konselor Menyusui Indonesia Nia Umar mengatakan, pemberian MP-ASI membutuhkan kesiapan fisik dan mental orangtua. Hanya karena sibuk atau patah arang akibat anak sulit makan, banyak orangtua memberi MP-ASI instan buatan pabrik atau mengganti dengan susu kaleng.

”Kandungan gizi MP-ASI yang dibuat sendiri dari bahan alami jauh lebih baik dibandingkan pangan buatan pabrik,” katanya.

Seperti orang dewasa, penolakan makan pada bayi dan anak merupakan hal wajar. Untuk itu, orangtua perlu menciptakan suasana makan yang menyenangkan bagi anak. Orangtua dituntut mampu membaca ekspresi dan reaksi anak pada saat makan dan sesudahnya.

”Jika anak dituntut untuk makan makanan sehat, orangtua harus mencontohkan terlebih dulu,” ujarnya. (MZW)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com