Itulah persoalan yang ingin diselesaikan Gatotkaca, tim beranggotakan dosen dan lulusan Institut Teknologi (IT) Telkom, Bandung, saat menyodorkan aplikasi yang dinamakan
”Aplikasi kami dimulai dari keprihatinan mengenai panjangnya rantai pelaporan gizi buruk. Dengan perangkat lunak, semua bisa dipercepat,” ujar ketua tim Gatotkaca, Dody Qori Utama.
Pengamatan tim terhadap
Pendekatan itu memakan waktu yang panjang. Dari pengamatan Dody, dibutuhkan waktu setahun agar laporan sampai ke tingkat pusat. Pola pelaporan secara manual juga menguras energi dan waktu bidan. Padahal, mereka memiliki tugas lain, seperti penyuluhan.
Dengan aplikasi ini, bidan tinggal mengetik parameter yang sudah ditentukan, seperti usia bayi, berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala, di telepon seluler (ponsel) mereka. Data dikirim ke server untuk disatukan dengan data dari bidan lain sehingga pemetaan gizi buruk bisa langsung dilihat. Menurut Umar, salah seorang anggota tim, hanya diperlukan jeda satu detik antara data diterima server dan ditampilkan di peta.
Aplikasi ini dikembangkan selama sembilan bulan pada tahun 2010. Saat itu, aplikasi Life menyabet juara ketiga dalam kompetisi Imagine Cup International yang digelar Microsoft di Polandia. Pada peringatan Hari Jadi Ke-67 Jawa Barat, akhir Agustus lalu, tim Gatotkaca mendapatkan penghargaan Anugerah Inovasi Jawa Barat 2012 di bidang kesehatan.
Anggota inti tim Gatotkaca terdiri atas enam orang, yakni Dody, Anggunmeka Luhur Prasasti, Umar Ali Ahmad, Arganka Yahya, Kania Audrint, dan Tauhid Nur. Dody adalah dosen Informatika IT Telkom. Adapun Anggunmeka, Umar, Arganka dan Kania sebelumnya mahasiswa. Sebagian dari mereka sudah lulus saat aplikasi Life mendapat penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Tauhid yang memiliki latar belakang kedokteran memberikan masukan dan arahan pengembangan aplikasi.