Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/09/2012, 13:22 WIB

KOMPAS.com - Saya sering  makan obat ini dokter, obat ini selalu ada dalam saku  saya, ke manapun saya pergi”, kata pasien sambil mengeluarkan beberapa obat dari kantongnya. “Sudah lama saya makan obat ini, mulanya satu tablet saja sakit kepala saya membaik dokter, sekarang tidak lagi. Hari ini saja saya sudah makan 6 tablet, sakit kepala saya tidak reda, makanya saya ke dokter”. Demikian celotehan seorang pasien yang datang ke tempat praktik saya dengan keluhan sakit kepala. Waktu saya tanya,” apa yang Anda lakukan selama ini kalau Anda terserang sakit kepala?” Maka, keluarlah jawaban pasien seperti di atas.

Menelan obat pereda nyeri tampaknya cara yang mudah dan sering dilakukan seseorang apabila terserang sakit kepala. Di pasaran obat pereda nyeri kepala ini sangat mudah didapatkan, bahkan ada iklan yang bombastis, bahwa bila anda sakit kepala, cukup dengan makan-makan obat itu, semua akan beres. Sakit kepala Anda akan reda. Barangkali ada pesan di situ, setiap sakit kepala makanlah obat itu, berapapun dan apapun penyebanya.  Maka, tidak heran pada beberapa pasien bermacam obat-obat terkait dengan sakit kepala ini selalu ada dalam kantongnya. Bila 1 atau 2 tablet tidak mempan, penderita akan berusaha meningkatkan sendiri dosisnya, sesuai dengan keinginannya. Bahkan tidak jarang, akibat penggunaan yang berlebihan, menimbulkan komplikasi yang sangat berbahaya seperti gangguan hati, ginjal, lambung.

Sakit kepala sering kita anggap sebagai hal yang sepele, sering kita abaikan, seperti pada pasien di atas. Ternyata pasien itu menderita tekanan darah tinggi yang dapat mengancam nyawanya. Makan obat penghilang rasa nyeri sebetulnya tidak memecahkan masalahnya, bahkan dapat menutupi penyakit dasarnya. Sakit kepala Anda barangkali hilang sementara, tetapi risiko Anda untuk mengalami stroke tetap saja ada, bahkan meningkat. Oleh karena itu,  sakit kepala sebenarnya adalah sinyal, pertanda bahwa ada sesuatu salah dalam tubuh anda.

Menurut  penulis buku Empowering Your Health, Dr Asa Andrew, sakit kepala adalah ibaratkan tanda merah yang menyala pada dashboard mobil anda. Bila anda biarkan, anda acuh tak acuh, mobil Anda akhirnya akan mengalami masalah, atau bahkan mungkin turun mesin. Jika Anda tidak peduli dengan penyebabnya,  Anda hanya lari ke obat-obatan yang banyak diiklankan itu, dan bisasanya semakin lama dosisnya kemudian Anda naikkan sesuai selera Anda, maka risiko penyakit yang lebih berbahaya dapat mengancam Anda.

Walaupun sakit kepala dapat disebabkan oleh penyakit dasar yang berat, tetapi sebagian besar sebenarnya juga berkaitan dengan gaya hidup Anda, termasuk pola makan, aktifitas dan bahkan cara berfikir anda. Kepala anda bisa saja berdenyut ketika selesai menyantap  fastfood, makanan yang banyak mengandung penyedap (MSG), coklat atau ketika Anda terlambat makan— Anda mengalami hipoglikemi atau kadar gula darah yang rendah.

Di tengah terik matahari, di ruang ber-AC, anda kurang minum, anda juga dapat mengalami sakit yang sama. Di persimpangan jalan yang kacau, di perjalanan yang macet sakit kepala anda juga dapat terpicu olehnya. Bahkan ketika Anda kurang tidur, banyak bermalas-malas di depan TV, Anda lebih banyak melamun daripada menggerakan tubuh Anda, kekakuan pada otot-otot Anda, aliran darah yang tidak begitu lancar, sehingga otak Anda seperti kekurangna oksigen, nutrisi, nyeri di kepala Anda juga bisa terasa.

Jadi, gaya hidup, aktifitas Anda, apa yang Anda makan, minum, stress baik fisik, maupun emosional dapat mencetuskan kepala Anda seperti mau pecah.

Oleh sebab  itu, bila sakit kepala menyerang, apalagi  Anda bukan dilahirkan dengan defisiensi aspirin, parasetamol, antalgin, asam mefenamat, ibuprofen atau obat yang banyak diiklan itu, menelannya begitu saja bukanlah cara yang terbaik. Sesekali dan tidak berlebihan mungkin masih bisa, tetapi yang paling penting carilah penyebabnya, pencetusnya.

Dengan perubahan gaya hidup yang lebih sehat saja, seperti  minum air putih yang cukup, mengurangi makanan yang mengandung MSG, coklat, minuman kaleng, fastfood, olahrara teratur, pijetan ditengkuk, kepala Anda, belajar rileks, mengontrol emosi, stres, InsyaAllah denyut di kepala Anda akan  mereda dan jarang kambuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com