Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/10/2012, 11:15 WIB

 

 

KOMPAS.com - Setiap minggu, selalu saja ada undangan pesta pernikahan di bulan ini dan juga sampai bulan depan. Di sisi lain, ada juga pasangan yang akan menikah yang memang sudah punya permasalahan kesehatan, berkonsultasi kepada saya untuk check-up sebelum menghadapi pernikahannya.

Saya sebagai seorang dokter juga sedih jika bertemu dengan pasangan muda yang pada tahun-tahun pertama pernikahannya ternyata suami atau istri mempunyai penyakit kronis seperti HIV/AIDS atau hepatitis B kronis, bahkan sampai sirosis hati.

Pertanyaan yang kerap muncul di antara para calon pengantin adalah apakah mereka sehat? Apa yang harus diperiksa sebelum menikah? Pernikahan bertujuan untuk menghasilkan keturunan. Oleh karena itu memang perlu dipersiapkan.

Pemeriksaan laboratorium, apa saja yang harus dilakukan?

Pemeriksaan laboratorium pranikah antara lain : pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL) meliputi pemeriksaan hemoglobin (Hb), hematokrit, lekosit, trombosit,pemeriksaan morfologi eritrosit,laju endap darah (LED), hitung jenis. Pemeriksaan ini baik untuk calon pengantin wanita maupun pria.

Data DPL ini penting karena Hb yang rendah perlu dievaluasi apakah bukan karena thalasemia walaupun jarang, penyakit ini dapat diturunkan kepada anak-anaknya. Selain itu, hemoglobin yang rendah pada calon ibu akan berdampak buruk, baik bagi kesehatan ibu atau janin jika terjadi kehamilan nantinya.

Selain itu, mengingat faktor keturunan yang dominan, beberapa laboratorium menambah paket skrining untuk pemeriksaan penyakit thalasemia. Pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan rhesus juga penting untuk memprediksi kemungkinan golongan darah serta rhesus anak dari hasil perkawinan tersebut.

Pemeriksaan urin rutin juga diperlukan untuk melakukan skrining kemungkinan gangguan pada ginjal.

Pemeriksaan lain yaitu pemeriksaan virus hepatitis B dengan pemeriksaan HbSAg. Kita tahu bahwa kejadian Hepatitis B kronis cukup tinggi mencapai 10 persen pada masyarakat kita. Artinya 1 dari 10 orang Indonesia menderita hepatitis B. Penularan melalui jarum suntik, tusuk jarum, pisau cukur atau benda tajam lain yang digunakan bersama atau sikat gigi yang digunakan bersama.

Selain itu, penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual dan hubungan erat dan dekat. Ibu penderita HbSAg +, selain berpotensi menularkan hepatitis kepada suaminya juga bisa menularkan kepada anaknya. Saya menemukan beberapa kasus usia muda baru beberapa tahun menikah sudah menderita sirosis hati akibat perjalanan penyakit dari hepatitis kronis.

Sirosis merupakan risiko seseorang untuk susah mendapatkan anak. Oleh karena pemeriksaan skrining HbSAg pranikah menjadi penting apalagi pada seseorang dengan riwayat sakit kuning sebelumnya atau dengan keluarga sakit kuning bahkan sudah diketahui menderita hepatitis kronis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com