Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengatasi Serangan Asma Akut

Kompas.com - 28/10/2012, 05:21 WIB

OLEH DR SAMSURIDJAL DJAUZI

Anak laki-laki saya umur 15 tahun mendapat serangan asma. Sebenarnya sejak sehari sebelumnya dia sudah batuk-batuk. Sorenya, ia bernapas agak sesak dan saya memberikan obat asma yang biasa dia minum lebih cepat dari jadwal pemberian obat. Namun, sesaknya hanya berkurang sedikit. Malam serangan asma bertambah dan dia tampak sesak sekali. Saya tambahkan obat semprot yang harus dihirup, namun masih tidak juga berkurang sehingga saya langsung ke rumah sakit. Untunglah dia dapat pertolongan segera dan setelah dipantau selama sekitar 12 jam, dia diizinkan pulang.

Biasanya serangan asma anak saya tak pernah sehebat itu. Saya sudah berusaha untuk menjaga agar anak saya menghindari faktor pencetus serangan asma, misalnya influenza, kelelahan, dan debu rumah. Rupanya anak saya agak stres belakangan ini karena banyak ulangan dan kurang tidur. Anak saya menderita asma sejak kecil, sebenarnya sejak berumur 10 tahun sudah amat berkurang serangan asmanya sehingga dia hanya minum obat jika perlu saja. Namun, sejak setahun terakhir ini, ketika masuk SMA, serangan asma menjadi lebih sering. Apakah faktor psikis dapat memperberat serangan asma? Lalu, bagaimana perkembangan terapi asma terbaru dan mohon penjelasan dokter cara mencegah serangan asma? Terima kasih.

N di J

Jawaban

Gaya hidup modern seperti penggunaan karpet dan polusi udara mungkin jadi faktor pendukung peningkatan tersebut.

Prinsip penanganan asma yang baik memerlukan pemahaman mengenai penyakitnya dengan benar, pengenalan obat-obatnya, serta derajat penyakit dan juga tindakan yang harus dilakukan jika muncul serangan asma. Saya merasa gembira Anda telah memperhatikan dengan baik dan terus mendampingi anak Anda yang menderita asma.

Pada penderita asma terjadi dua hal yang berbeda dengan orang normal. Pertama, dinding saluran pernapasannya bersifat sensitif, artinya mudah terjadi penyempitan jika ada faktor pencetus. Kedua, pada penderita asma selaput lendir dinding saluran napasnya mengalami proses peradangan kronik yang menyebabkan selaput lendir tersebut menjadi sembap, menghasilkan cairan (mukus) dan dalam waktu lama dapat menebal. Oleh karena itu, diameter saluran napas pada penderita asma ukurannya menjadi bertambah sempit, baik karena kontraksi otot-ototnya maupun akibat radang kronik di selaput lendirnya. Untuk mencegah terjadinya penyempitan tersebut, harus dihindari faktor pencetusnya, antara lain: infeksi (biasanya virus seperti flu), udara dingin di malam hari, debu, asap polusi, tungau rumah (kutu), kelelahan, dan obat-obat tertentu. Keadaan psikis dapat memperberat serangan asma.

Serangan asma dapat terjadi mendadak dapat juga bertahap, namun karena pengobatan kurang tepat akhirnya menjadi seberat. Pengobatan asma pada umumnya terdiri atas obat yang membuat diameter saluran napas menjadi lebih lebar (bronkodilator) dan obat anti radang (steroid hirupan). Obat hirupan bekerja secara cepat, sedangkan obat yang diminum memerlukan waktu lebih lama karena harus diserap dulu oleh saluran cerna, kemudian beredar di darah barulah menuju saluran napas.

Untuk serangan akut, sering digunakan juga obat suntikan yang dapat bekerja cepat dalam hitungan menit. Batuk dan sesak atau mengi merupakan tanda serangan asma. Jika penderita minum obat secara teratur namun mengalami batuk atau sesak, maka perlu dipikirkan bahwa obat yang digunakan tidak sesuai. Dosisnya harus lebih dinaikkan atau obatnya yang diganti.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com