Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/11/2012, 12:38 WIB

Kompas.com - Belakangan ini kecenderungan payudara sejumlah pria tampak membesar. Pembesaran itu bisa terjadi saat pubertas atau bisa juga saat dewasa ketika pria bertambah gemuk.

Umumnya pembesaran payudara pada pria tidak berbahaya, tetapi bisa jadi pertanda kurangnya kadar testosteron. Ketika pria menjadi langsing, payudara yang membesar otomatis mengecil. Perlu operasi plastik untuk membuat dada kembali bidang.

Ilmu kedokteran memberi nama gynecomastia untuk kasus pembesaran payudara pada pria. Kadang payudara pria yang membesar itu berukuran melebihi payudara perempuan.

Gynecomastia bisa dimulai saat pria mengalami pubertas, ketika hormonnya mulai beralih. Dalam hal itu, pembesaran payudara berakhir dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan ketika kadar hormon kembali normal.

Pembesaran payudara bisa terjadi saat dewasa. Ketika hormon testosteron cenderung menurun dan tubuh jadi bertambah gemuk.

Pertambahan berat badan juga bisa menambah jaringan lemak di bawah payudara. Hal itu menyebabkan pria memiliki jaringan glandular dan lebih banyak lemak di payudaranya. Selanjutnya jaringan lemak itu membentuk estrogen lagi yang membuat payudara jadi makin besar.

Meski tampak memalukan, situs kesehatan WebMD mengatakan bahwa pembesaran payudara umumnya tidak berbahaya. Namun, selain tanda rendahnya testosteron, payudara membesar itu bisa jadi tanda pembesaran tiroid, sirosis hati, masalah gen, atau mungkin kanker.

Penggunaan obat-obatan tertentu juga bisa menyebabkan payudara membesar, misalnya anabolik steroid, obat jantung, atau obat kanker. Pembesaran payudara akan berkurang ketika penggunaan obat dihentikan.

Penurunan berat badan tidak otomatis mengecilkan payudara karena kulit terlanjur melar. Untuk itu diperlukan operasi plastik. Dokter akan melakukan sedot lemak untuk menghilangkan lemak dan operasi untuk mengeluarkan jaringan glandular.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com