Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/11/2012, 08:31 WIB

KOMPAS.com - Survei terbaru dari the European Cockpit Association (ECA) menyatakan bahwa 4 dari 10 pilot di Inggris mengakui mereka sempat tertidur di dalam kokpit. Penelitian ini bahkan menyebutkan bahwa sepertiga dari pilot-pilot ini melihat co-pilotnya juga sedang tidur saat ia bangun.

Survei yang melibatkan sekitar 6.000 pilot di Eropa ini juga menyatakan bahwa para pilot mengakui bahwa kelelahan dan kantuk telah menurunkan kemampuan mereka untuk menerbangkan pesawat. Namun 70-80 persen dari para pilot mengantuk ini tak akan melaporkan keadaannya, dan menyatakan diri sehat untuk terbang.

Bukan para pilot saja yang kelelahan. Kesehatan tidur bukan menjadi prioritas di kehidupan modern, apalagi dalam industri penerbangan. Beberapa kerusakan pesawat yang menyebabkan pesawat harus mendarat darurat pun diduga berhubungan dengan kantuk dan kelelahan para teknisi di darat. Bahkan kecelakaan pesawat ulang alik Challenger dikatakan berkaitan dengan kelelahan para teknisi dan insinyur.

Di bulan Februari 2011, seorang petugas pengawas di menara kontrol di McGhee Tyson Airport tertidur meninggalkan seorang rekannya sendirian untuk mendaratkan 7 pesawat sambil terus mengontrol radar. Sebelumnya, seorang petugas di menara kontrol Reagan Airport di Washington juga tertidur hingga untuk beberapa menit tidak menjawab panggilan radio.

Sebuah wawancara dengan BBC, seorang pilot bercerita suatu waktu di udara, co-pilotnya meminta ijin untuk power nap sejenak. Ia pun menyetujui. Namun setelah si co-pilot tertidur, ia pun mulai merasakan beban berat di matanya. Ia berpikir, tak ada salahnya ia memejamkan mata sejenak. Namun ternyata ia tertidur sekitar 5-10 menit kemudian. Saat terbangun ia betul-betul terkejut, ia langsung memeriksa ketinggian, kecepatan dan semua instrumen di kokpit. Beruntung semua berjalan normal selama mereka berdua tertidur.

Akibat kantuk

Untuk profesi-profesi seperti pengemudi bus antar kota, masinis, pengawas di bandara, pengawas jalur rel, hingga pekerja pabrik atau reaktor nuklir, kantuk adalah musuh utama keselamatan. Kantuk dapat membunuh. Kantuk saja sudah berbahaya, karena menurunkan kemampuan konsentrasi, kewaspadaan, pengambilan keputusan dan refleks. Apalagi sampai tertidur.

Kantuk terjadi akibat jam kerja yang panjang, jam tidur yang pendek, dan perbedaan zona waktu harus dihadapi para kru pesawat. Kondisi kurang tidur menyebabkan seseorang rentan terhadap stres, yang pada akhirnya mengganggu tidur di malam harinya. National Sleep Foundations, AS, mengungkapkan bahwa 50 persen pilot tidak tidur nyenyak di malam, pada hari-hari kerja. Sementara 41 persen dari pilot menyatakan pada hari kerja, mereka mengalami kurang tidur. Yang menarik, 78 persen dari mereka melaporkan tidur yang nyenyak pada hari libur.

Kelelahan jelas menyebabkan kecelakaan. Survei dari National Sleep Foundation mendapati bahwa pekerja transportasi yang mengalami kelelahan melakukan kesalahan tiga kali lebih sering dibanding yang tidak lelah. Dua puluh persen pilot melaporkan membuat kesalahan besar saat mengantuk. Ini dua kali lipat dibanding pekerja transportasi lainnya seperti supir bus atau taksi. Sebanyak 11 persen pilot melaporkan gejala-gejala kantuk, sementara pekerja non-transportasi hanya 7 persen yang mengalami kantuk.

Sebuah riset yang dilakukan oleh the Walter Reed Army Institute laporkan 1 dari 10 pilot masih mengantuk walau tidur cukup. Tetapi pilot merupakan profesi yang membutuhkan kewaspadaan penuh. Tak ada tempat untuk membuat kesalahan. Walau hanya 1 dari 10, tak ada orang yang mau terbang dengan yang satu itu.

Pilot-pilot yang lelah cenderung tidur di saat bekerja. Survei Sleep in America menunjukkan bahwa hampir 60 persen pilot tidur saat bekerja. Sebanyak 20 persen dari pilot bahkan menyatakan bahwa mereka tidur sebanyak 3 sampai 5 kali setiap minggunya.

Sama seperti pekerja shift lainnya. Pilot yang baru selesai bekerja dengan jam terbang yang panjang cenderung mengantuk dan berada dalam kondisi tak layak untuk mengendara. Kecelakaan lalu lintas dikatakan paling banyak dialami oleh pilot dan masinis dibanding pekerja non-transportasi. Pilot dan pekerja transportasi 6 kali lebih sering mengalami kecelakaan lalu lintas saat berangkat atau pulang kerja, disebabkan oleh kantuk.

Hipersomnia

Bagaimana dengan para pilot yang masih mengantuk walau sudah tidur cukup? Kondisi ini disebut sebagai hipersomnia atau kantuk berlebihan. Ada beberapa penyebab hipersomnia, periodic limb movements in sleep (PLMS), sleep apnea dan narkolepsi. Seorang penderita narkolepsi jelas tak boleh terbang karena khawatir sewaktu-waktu mengalami serangan tidur. Tapi penderita PLMS dan sleep apnea dapat diobati. Sayang jika diabaikan begitu saja.

PLMS ditandai dengan gerakan kaki secara periodik saat tidur. Setiap kaki bergerak, otak akan terbangun singkat, tanpa terjaga. Akibatnya kualitas tidur akan buruk dan penderita akan mengantuk terus sepanjang hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com