Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/12/2012, 10:05 WIB

Jakarta, Kompas - Para aktivis peduli HIV/AIDS tengah memperjuangkan usulan sanksi bagi pembeli seks. Seks berisiko selama ini diklaim sebagai penyebab terbesar penularan HIV.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, diperkirakan ada 6,7 juta laki-laki yang membeli seks pada 2012. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya 3,2 juta.

Pemakaian kondom pada kelompok kunci—pembeli dan pekerja seks—kurang dari 50 persen pada 2011. ”Angka-angka itu mengkhawatirkan. HIV paling banyak ditularkan lewat perilaku seks berisiko, selain lewat alat suntik,” kata Eva Kusuma Sundari, anggota DPR yang juga aktivis peduli HIV/AIDS, Sabtu (1/12).

Yang dimaksud seks berisiko adalah hubungan seks berganti-ganti, tanpa kondom, serta hubungan sejenis.

Menurut Eva, tujuan pemberian hukuman bagi pembeli seks tidak hanya menekan penyebaran HIV/AIDS lewat seks, tetapi juga memperbaiki ketimpangan hukum yang terjadi saat ini.

”Saat ini hanya pekerja seks yang ditangkap dan dihukum, pembelinya tidak. Padahal, bisa jadi para pekerja seks itu korban perdagangan orang,” kata Eva.

Negara lain, kata Eva, sudah menerapkan hukuman kepada pembeli seks. Di Indonesia masih diperjuangkan dengan merevisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Slamet Riyadi, Program Manajer Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, mengatakan, ibu rumah tangga dan anak yang tidak berperilaku berisiko bisa menjadi korban penyebaran HIV. Data Kemenkes, diperkirakan ada 1,9 juta perempuan menikah dengan laki-laki pembeli seks yang terinfeksi HIV. Para istri rawan tertular. Penularan bisa berlanjut kepada anak yang dilahirkan.

Rendahnya posisi tawar perempuan yang berpengaruh pada keputusan memakai kondom turut mempercepat penularan. Hingga Juni 2012 tercatat ada 3.368 kasus AIDS pada ibu rumah tangga dan 775 kasus pada balita.

Novi Mujiarti, aktivis jaringan aksi perubahan Indonesia yang juga pengidap HIV, mengatakan, diskriminasi dan stigmatisasi masih menempel pada pengidap HIV/AIDS. Di masyarakat, termasuk di kalangan medis, Novi masih mendapatkan perilaku tidak semestinya. ”Masih ada petugas medis yang takut mendekati saya. Bisa jadi, mereka tak paham cara penularan HIV,” kata Novi.

Masyarakat masih menganggap perempuan pengidap HIV sebagai perempuan yang tak berlaku baik pada masa lalunya. Padahal, sebagian perempuan yang terinfeksi HIV adalah ibu rumah tangga yang tak melakukan kegiatan yang berisiko tinggi terkena HIV. Novi mendapatkan HIV dari suaminya. (NIT)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com