Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/12/2012, 08:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Puncak acara Srikandi Award 2012 yang diadakan Sarihusada bekerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesi (IBI) telah diselenggarakan Selasa malam (18/12/2012) tadi di Jakarta. Hasil penjurian telah memutuskan nama-nama bidan terbaik dalam menjalani Pos Bhakti Bidan karena dinilai sesuai kriteria juri serta berhasil guna saat diterapkan di daerah bidan masing-masing.

Penjurian dilakukan oleh tim yang terdiri dari Mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Kartono Mohamad yang sekaligus Ketua Dewan Juri, perwakilan Kementerian Kesehatan RI Dr. H. Abidinsyah Siregar, DHSM, M.Kes, Ketua Umum IBI Dr. Harni Koesno, MKM, Senior Editor Harian Kompas Ninuk Mardiana, Asisten Utusan Khusus Presiden untuk Millennium Development Goals (MDGs), Bidang Percepatan MDGs Dalam Negeri dan Sinergi Komunitas Dian Saminarsih, dan Staf Ahli Menteri Pemberdayaan Perempuan RI Dr. Pinky Saptandari M.A.

Penghargaan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu Inisiatif Pemberdayaan Ekonomi dan Pangan yang dimenangkan oleh Bidan Sunarti dari Desa Kokap, Kulonprogo, D.I Yogyakarta, Inisiatif Peningkatan Kesehatan Anak yang dimenangkan oleh Bidan Rahmi dari Muna, Sulawesi Tenggara, dan Inisiatif Peningkatan Kesehatan Ibu yang dimenangkan oleh Bidan Siti Kholifah dari Pacitan, Jawa Timur.

Bidan Sunarti dinobatkan sebagai pemenang berkat Inisiatifnya dalam meningkatkan taraf ekonomi di desanya. Ia mensosialisasikan pentingnya gizi seimbang, serta bagaimana memenuhi kebutuhan gizi tersebut. Sosialisasi juga mencakup cara pengolahan makanan bergizi dengan berbagai variasi.

"Keadaan ekonomi di Desa Kokap masih kurang baik. Ibu Rumah Tangga hampir seluruhnya masih bergantung pada suami untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dengan program sosialisasi yang saya jalankan, saya bisa mengajak para ibu untuk ikut aktif menanam jamur dan berbagai macam sayuran lain di pekarangan rumah. Jamur dan sayuran dapat diolah menjadi sumber pangan yang bergizi yang dapat menambah gizi anak mereka dan jika hasilnya berlebih bisa dijual," ungkap Sunarti.

Sementara itu, Bidan Rahmi keluar sebagai pemenang kategori Inisiatif Peningkatan Kesehatan Anak karena perjuangannya melawan budaya kurang tepat di daerahnya. Masyarakat Muna, Sulsel memiliki budaya untuk selalu memberi makan bayi, meski ia baru lahir sekalipun karena tangisan bayi dinilai sebagai indikator lapar. Maka bayi di sana sudah diberikan pisang ataupun madu di usia-usia yang seharusnya masih mendapatkan ASI eksklusif.

Rahmi yang sudah 17 tahun menjadi bidan di sana mampu mengubah budaya masyarakat dengan memberikan edukasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. Upaya edukasi tidak cukup ia lakukan  kepada para ibu dan calon ibu, Ia juga memulai sosialisasinya kepada orang-orang yang berpengaruh di desanya, seperti Kepala Desa, aparat desa, tokoh masyarakat, dan para suami.

"Saya berharap dengan program yang saya lakukan dapat memberikan contoh bagi seluruh daerah yang belum menerapkan ASI ekslusif," kata Rahmi. "Para ibu maupun suami tidak perlu khawatir ASI habis karena pemberian ASI eksklusif, ibu dapat menambah asupan gizi yang baik untuk menambah ASI, seperti bubur putih ataupun kacang ijo," tambahnya.

Sedangkan Bidan Siti Kholifah  meraih predikat terbaik untuk kategori Inisiatif Peningkatan Kesehatan Ibu berkat  program "Hamil Sehat Ibu Belia".  Ia memberikan edukasi dalam mengatasi fenomena pernikahan dini di Pacitan. Budaya masyarakat yang menikahkan anaknya di usia remaja  mendasari Siti untuk memberikan edukasi tentang kehamilan kepada para ibu dengan usia belia yaitu sekitar 15-16 tahun.

"Sangat ironis jika usia remaja, ketika mereka masih senang bermain dan belajar, namun sudah harus hamil. Inilah yang menjadi perhatian saya karena biasanya sistem reproduksi remaja masih belum sempurna, selain itu fisik mereka belum cukup kuat untuk menjalani kehamilan yang sehat. Hal ini jika tidak ada penanganan dapat membahayakan kesehatan baik bayi maupun ibu. Oleh karenanya saya berinisiatif untuk mengadakan edukasi tentang kehamilan, sekaligus memberikan pelatihan senam hamil," jelas Siti.

Siti tidak serta merta memberikan edukasi kepada ibu saja, namun juga kepada suami agar lebih mengerti dan memahami tentang kehamilan. Sehingga mereka bisa bekerjasama untuk membuat kehamilan berjalan dengan sehat. Dalam programnya Siti tidak sendiri, ia juga didampingi oleh ahli gizi, perawat dan praktisi kesehatan lain. Selama dua tahun keberlangsungan program ini, sudah banyak ibu dan suami yang teredukasi. Rata-rata setiap mengadakan senam hamil, ada 25-30 orang ibu hamil yang berpartisipasi. "Saya berharap program ini akan terus berjalan karena sangat baik dalam menekan angka kematian ibu maupun bayi," ungkap Siti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com