Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/12/2012, 11:30 WIB

KOMPAS.com - Katanya, berobat di luar negri itu hebat? Entah apanya yang hebat, saya tidak tahu. Habisnya, saya belum pernah ke rumah sakit di sana, dan boleh dikatakan saya tidak pernah sakit, kecuali dulu waktu mahasiswa. Jangankan berobat ke luar negeri, untuk membayar rumah sakit waktu itu saja, saya harus menggadaikan ijazah saya. Dan, waktu itu rasanya berobat ke luar negeri belum ngetren. Tidak seperti sekarang.

Kemudian, hebat, tidak hebat itu, apa sih ukurannya?

Gedungnya yang mewah, alat-alatnya yang canggih, pelayanannya yang luar biasa, diagnosisnya yang akurat, obat-obatnya yang manjur, biayanya yang murah. Atau barangkali, ketika Anda diperkirakan sudah mau meninggal di sini, di Indonesia, atau harapan hidup Anda sudah pendek, dikatakan tidak dapat sembuh lagi di sini, lalu anda berobat ke Singapura atau Malaysia, lantas tidak demikian, Anda tidak jadi meninggal, Anda kemudian dapat berlari lagi?

Berapa orang sih yang sudah  kritis di sini, orang yang dikatakan sudah tidak ada harapan lagi, alias sekarat,  kemudian diterbangkan ke sana, lalu bangun, pulih lagi? Barangkali ada, 1-2 orang pasien. 

Apa di rumah sakit di Indonesia, tidak ada kasus seperti itu? 1-2 pasien yang dikatakan sudah tidak ada harapan hidup lagi, hanya dengan pasrah dan berdoa saja juga ada yang pulih kembali.

Ok, untuk melihat hebatnya berobat di luar, sekarang ambil satu aspek saja dulu, alat-alatnya yang canggih, lengkap. Alat yang canggih, lengkap sering dijadikan patokan bagi pasien bahwa suatu rumah sakit itu hebat. Bahkan. gedung yang besar-megah juga dikaitkan dengan itu.  Nah, misalnya Anda menjadi pasien, dengan alat-alat yang canggih itu Anda diperiksa, kemudian Anda merasa puas, senang, bangga karena dengan alat-alat itu penyakit Anda sangat mudah  dipastikan. 

Semua alat diagnostik yang modern itu lantas digunakan untuk menyidik kemungkinan penyakit Anda. Dari A samapai Z diperiksa, hasilnya dari A sampai Z juga ada. Ini lah hebatnya di sana, kalau Anda misalnya mengeluh sakit kepala, tengkuk Anda sering berat, anda hanya  menderita hipertensi,  tetapi semuanya akan diperiksa. Urin, darah Anda, apapun yang dapat diperiksa oleh alat yang canggih itu, maka akan diperiksa. EEG, CT Scan, bahkan MRI juga tidak dilupakannya. Lalu,  hasilnya, tumpukan lembaran kertas, file, foto-foto Anda bawa pulang, banyak catatan di situ, ada yang diberi bintang (bintangnya barangkali sama dengan tanda bintang proyek di DPR), artinya bahwa ada yang tidak normal, sesuai dengan standar rata-rata yang berlaku. 

Kenaikan nilai sedikit saja di atas nilai yang dianggap normal, akan diberi bintang. Berdasarkan hasil itu, kemudian Anda akan divonis dengan penyakit ini, itu.  Anda pasti cemas, takut, dan diminta kembali kontrol. Inilah salah satu hebatnya di sana, diagnosis kadang-kadang ditegakkan berdasarkan laboratorium, alat-alat yang canggih aspek lain dilupakan. Dan, penyalahgunaan alat diagnostik yag tidak perlu bukan tidak sering terjadi, tetapi karena Anda di luar, dan barangkali tidak tahu Anda diam saja. Inilah kehebatan lain yang saya lihat.

Lalu,  dalam catatan akhir Medical Record yang Anda bawa pulang pasti juga ada diagnosis. Pada pasien di atas misalnya Hipertensi grade II dengan Cephalgia. Dan, disamping itu Anda akan disarankan kontrol ulang 6 bulan, 4 bulan atau bahkan lebih cepat dari itu. Tidak hanya itu, segepok obat juga akan menemani perjalanan Anda pulang ke Indonesia, tergantung kesepakatan Anda mau kontrol lagi ke sana.   4, 5, 6, 7, bahkan 8 macam obat menjadi sarapan pagi, siang, dan malam Anda sampai 3-6 bulan berikutnya. Bayangkan, berapa kantong obat yang harus Anda beli di sana, seperti tersirat bahwa obat itu tidak ada di sini, atau barangkali lebih mahal, dan mereka seperti juga mereka sangat yakin bahwa obat-obat itu tidak akan bermasalah selama Anda makan obat itu,  sampai 3 bulan atau 6 bulan berikutnya. Itu lah kehebatan lainnya

Satu kasus yang dialami pasien saya ini, mungkin dapat menggambarkan kehebatan itu. Pasien, sebut saja Tuan S bila berobat di tempat saya, Tuan A kalau lagi berobat di Singapura, umur 78 tahun. Tn S ini memang pasien lama dengan diagnosis Diabetes mellitus, dan hipertensi. Tiga hari setelah pulang berobat di Luar Negri. Tn S atau Tn A ini mengeluh badannya terasa tidak enak, kadang-kadang berkeringat dingin, seperti mau pingsan.

"Ini dok, hasil pemeriksaan di sana," ungkapnya sebelum saya periksa sambil mengeluarkan satu persatu lembaran -lembaran hasil laboratorium, foto-foto yang dikerjakan di sana. Terakhir, dari dalam tas yang satu lagi, pasien mengeluarkan obat-obatan, lalu menumpuknya di atas meja periksa saya.

Selintas saya lihat ada ada 8-10 macam obat, obat hipertensi, diabetes, selain dua macam obat Insulin entah obat apalagi. "Woow, banyak sekali obatnya Pak," kata saya setengah bertanya. "Ya dok,  kata pasien, sambil menunjukkan satu persatu obat-obat itu."

Melihat banyaknya  pemeriksaan yang dilakukan, obat yang dibawa pasien, saya tidak tahu berapa kira-kira biaya yang dikeluarkan untuk itu. Oke lah, pemeriksaan yang canggih, obat yang mahal bagi sebagian orang mungkin tidak masalah, apalagi yang berobat ke luar itu kantongnya memang tebal-tebal. Tetapi bagaimana pun pintarnya seorang dokter di luar sana , obat segopok untuk 3-6 bulan itu belum tentu akan cocok dan aman, dan sesuatu yang tidak dikehendaki bisa terjadi. Inilah sisi lain kehebatan berobat di luar.

Lalu, bila Anda mengalami efek samping demikian, Anda akan terbang ke sana atau kalau ada sesuatu kejadian yang dianggap malpraktik, apakah Anda akan menuntut?  Ingat, kasus tuntutan malpraktek cukup tinggi di sana, hanya Anda barangkali tidak tahu, atau tidak berani.

Nah, dari beberapa pengalaman saya dengan pasien-pasien yang pernah konsultasi setelah kembali berobat di sana, dan contoh kasus di atas, maka sering saya bertanya, "Apakah ini yang dikatakan hebat?" Saya tidak menutup mata, pasti ada kelebihan di sana, tetapi bukan berarti tidak ada kekurangan juga. Bahkan, saya melihat, pasien-pasien dari Indonesia sering jadi objek, kalau boleh saya katakan, untuk mencari uang sebanyak-banyaknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com