Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/01/2013, 15:53 WIB

KOMPAS.com - Kecelakaan lalu lintas sering berakibat fatal. Baru-baru ini sebuah mobil bekecepatan tinggi menabrak mobil di depannya hingga pintu terbuka dan menewaskan 2 nyawa. Berdasarkan berbagai berita di media, dikatakan bahwa pengendara dalam kondisi mengantuk. Sungguh menyedihkan.

Tidur yang sehat dalam konteks berkendara merupakan dasar keselamatan. Karena kualitas-kualitas yang menentukan kemampuan untuk berkendara dibangun, dirawat dan disegarkan hanya saat tidur. Mengantuk merupakan tanda seseorang tidak layak untuk berkendara!

Mengendara dalam keadaan mengantuk sama bahayanya dengan mengendara dalam kondisi mabuk. Jangan tunggu tertidur, mengantuk saja sudah berbahaya. Saat mengantuk kemampuan konsentrasi, kewaspadaan, serta refleks jadi buruk.

Data

Powell dan kawan-kawan di tahun 2001 menyatakan dalam penelitiannya bahwa mengendara dalam kondisi mengantuk sama bahayanya dengan mengendara dengan kadar alkohol 0,8 (batas kadar alkohol legal untuk berkendara).

The American Automobile Association (AAA) memperkirakan 1 dari 6 kecelakaan lalu lintas mematikan dan 1 dari 8 kecelakaan yang menyebabkan perlu dirawat di RS, disebabkan oleh kantuk! Di Indonesia, data Operasi Ketupat 2011 mencatat penyebab kecelakaan akibat kendaraan tak layak adalah 449 kejadian, jalan tak layak 387 kejadian, sementara kecelakaan yang diakibatkan oleh pengendara yang mengantuk adalah 1.018 kasus!

Angka yang fantastis, namun tampaknya masih diabaikan di Indonesia. Kenapa? Karena kita belum meletakkan kesehatan tidur sebagai salah satu prioritas kehidupan kita. Kesehatan tidur masih diabaikan. Padahal kecelakaan akibat kantuk apalagi menyebabkan kematian, amatlah sia-sia. Kantuk bisa dicegah dan diatasi dengan cara yang benar!

Kebutuhan Tidur

Semua orang butuh tidur. Kita tak dapat berfungsi baik tanpa tidur yang cukup.

Kebutuhan tidur manusia dibagi berdasarkan kelompok umur. Dewasa butuh sekitar 7-8 jam tidur setiap harinya. Sementara remaja hingga usia pertengahan 20 masih membutuhkan 8,5-9,25 jam tidur sehari! Sesuatu yang amat sulit dicapai mengingat denyut kehidupan modern saat ini. Tak heran jika kelompok usia dewasa muda adalah kelompok yang paling kekurangan tidur dan paling tinggi angka kecelakaannya.

Kurang tidur jelas membuat kita mengantuk. Tetapi karena adanya jam biologis di otak kita, ada jam-jam tertentu yang membuat kita mengantuk walaupun sudah cukup tidur, misalkan pada jam setelah makan siang atau jam pagi buta dimana matahari baru akan terbit. Kondisi kurang tidur akan melipat gandakan kantuk pada jam-jam tersebut. Pack dan kawan-kawan di tahun 1995 mencatat bahwa kecelakaan lalu lintas sering terjadi pada jam-jam tadi.

Aktivitas yang menyenangkan akan menutupi rasa kantuk. Tetapi kondisi mengantuk sebenarnya tetap ada. Kantuk akan datang menyergap begitu aktivitas bersifat monoton atau membosankan. Mengendara di jalan lurus yang lapang merupakan aktivitas yang monoton. Jadi bukan kebosanan yang membuat mengantuk, kantuknya sudah ada hanya saja tak muncul ketika aktivitas sedang tinggi.

Kantuk berlebihan

Tak ada yang disebut dengan kebanyakan tidur. Yang ada adalah kantuk berlebihan walau durasi tidur sudah cukup. Ini disebut dengan hipersomnia. Penderitanya tetap mengantuk walau sudah cukup tidur. Kondisi seperti ini tentu akan membahayakan bagi orang yang pekerjaannya mengendara, di menara kontrol bandar, pengawas di reaktor nuklir dan lain-lain.

Penyebab hipersomnia adalah gangguan-gangguan tidur seperti periodic limb movements in sleep, narkolepsi dan yang paling sering adalah sleep apnea atau ngorok.

Jangan remehkan mendengkur. Ia bertaruh nyawa dalam tidurnya karena episode henti nafas yang ia alami selama tidur. Penderita sleep apnea selalu mengantuk walau durasi tidurnya cukup. Tak heran jika di beberapa negara Eropa pendengkur yang belum dirawat henti nafasnya dilarang untuk berkendara.

Cegah & atasi mengantuk

Mengantuk bisa kita cegah. Mudah kok, kita hanya perlu meningkatkan prioritas tidur dalam jadwal sehari-hari kita.

Minuman penambah energi, kafein atau nikotin bukanlah jawaban yang tepat. Karena zat-zat ini hanyalah menunda kantuk, otak yang sudah lelah tetap kehilangan kemampuannya. Ada saatnya kita membutuhkan stimulan, dan ada caranya. Bukan asal mengantuk kita lalu menenggak kopi. Kafein akan bekerja setelah 30 menit. Jadi idealnya saat berkendara jarak jauh dan mengantuk, kita berhenti dulu. Minum kafein atau minuman penambah energi, lalu tidur selama 20-30 menit. Saat bangun, kita mendapatkan manfaat kebugaran tidur dan kesegaran kafein.

Tak ada satu zat pun di dunia yang dapat menggantikan efek restoratif tidur.

Jika tetap mengantuk setelah tidur cukup, mungkin menderita gangguan tidur yang sebabkan hipersomnia, kantuk berlebihan. Periksakan diri ke dokter dan atasi hipersomnia ini. Orang dengan hipersomnia yang sudah parah akan tetap mengantuk walau sudah konsumsi kafein. Jangan mengendara sampai dinyatakan dokter ahli aman untuk berkendara.

Tanda-tanda Kantuk Membahayakan:

-    Sulit berkonsentrasi pada jalan, dan mulai mengerjapkan mata berulang kali.

-    Mulai keluar jalur.

-    Mengendara dengan menyandarkan kepala.

-    Seolah melamun, dan melupakan perjalanan selama 10-15 menit yang telah lewat.

-    Merasa lelah, mudah tersinggung dan agresif.

Mencegah Kantuk:

-    Cukupi kebutuhan tidur setiap hari (7-9 jam sehari).

-    Tak perlu terburu-buru di jalan.

-    Untuk perjalanan jarak jauh, usahakan ada teman untuk diajak berbincang atau bahkan bergantian.

-    Istirahat setiap 2 jam.

-    Jika mengantuk, berhenti sejenak, minum kopi atau minuman penambah energi, lalu tidur. Setelah bangun baru lanjutkan perjalanan.

-    Kantuk berlebihan dan mendengkur? Segera periksakan diri ke dokter.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com