Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/01/2013, 16:05 WIB

KOMPAS.com — Dari berbagai metode diet yang pernah ditawarkan, diet dengan cara mengonsumsi makanan dalam porsi kecil tampaknya lebih digemari. Cara ini dianggap lebih efektif, apalagi jika diiringi dengan olahraga secara rutin.

Keberhasilan diet porsi kecil bahkan membuat produk-produk makanan penurun berat badan tidak laku di pasaran. Menurut para peneliti dari perusahaan riset pasar Mintel, tingginya harga produk-produk makanan diet tersebut, serta berkembangnya keraguan akan fakta mengenai penurunan berat badan, telah menyebabkan pasar makanan diet tersendat.

Sebanyak tiga dari empat orang menilai harga makanan diet terlalu tinggi, demikian survei dari Mintel. Separuh dari mereka mengatakan bahwa mereka tidak lagi memercayai makanan diet karena adanya kandungan pemanis buatan dalam bahan bakunya.

Konsumen saat ini terlihat lebih cerdas dalam memilih, terbukti mereka cenderung mengonsumsi makanan sehat yang alami dalam porsi yang kecil dan mengimbanginya dengan olahraga untuk menurunkan berat badan.

Tahun lalu, 63 persen perempuan Inggris coba menurunkan berat badan, tetapi jumlah orang yang memanfaatkan makanan dan minuman diet khusus menurun dari 21 persen pada 2008 menjadi 19 persen saat ini.

"Masalah dari pasar produk-produk diet dan pengontrol berat badan tidak bisa dikaitkan dengan berkurangnya minat konsumen dalam menurunkan berat badan; justru sebaliknya," papar Emma Clifford, juru bicara Mintel.

Untuk meraih kembali kepercayaan konsumen dan bersaing dengan makanan berkalori rendah yang alami, menurut Clifford, para produsen wajib menawarkan transparansi yang lebih besar pada konsumen mengenai bahan baku yang digunakan dalam produk makanan dietnya dan apa yang membuatnya menjadi makanan diet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com