Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/01/2013, 20:35 WIB

KOMPAS.com — Jauh sebelum ditemukan obat penambah gairah, seperti viagra dan sejenisnya, sejarah manusia mencatat beberapa jenis bahan pangan dan minuman yang dipercaya mampu mendongkrak gairah seks, yakni asparagus, kopi, dan ginseng. Bahkan, ada camilan penambah gairah yang perlu dicoba.

Ritual bercinta merupakan saat-saat menyenangkan bagi semua pasangan. Sepintas kecupan bibir atau sedikit usapan di tengkuk sudah cukup membakar libido atau api gairah untuk bercinta. Namun, bila sudah menjadi rutinitas, bisa jadi akan muncul komentar, "Wah, kok itu lagi, itu lagi!”

Jika sudah begitu, semua pasangan tentu perlu lebih kreatif untuk mengeksplorasi daya imajinasinya. Mencoba berbagai gaya bercinta ala kamasutra bisa sangat menantang dan menggairahkan. Mungkin itu solusi yang bisa dipilih, tetapi "gaya aneh" bukan tidak mungkin justru memicu masalah.

Ada cara yang lebih sederhana tetapi berefek tak kalah dahsyat, yakni memilih beberapa jenis bahan pangan atau minuman yang bisa mendongkrak gairah seksual. Asparagus, cabai merah, cokelat, kopi, ginkgo, ginseng, dan tiram dipercaya mampu menjadi viagra alami untuk meningkatkan laju gairah dan libido. 

Berikut uraian lengkapnya:

1. Asparagus
Sayuran istimewa ini terbukti sebagai pemasok vitamin E yang potensial. Vitamin E sering kali dihubungkan dengan peningkatan produksi hormon seksual. Selain lezat diolah menjadi beragam masakan, asparagus juga mempunyai kandungan gizi yang sangat baik. Selain vitamin E, asparagus juga mengandung mineral, kalsium, potasium, serta vitamin A dan D.

Sayuran ini rendah kalori, baik dikonsumsi bagi Anda yang sedang menjalani terapi diet. Kandungan seratnya sangat tinggi. Serat dalam asparagus mampu mengikat zat karsinogen penyebab kanker, juga membantu kelancaran proses pencernaan tubuh, sehingga Anda terbebas dari gangguan sembelit atau susah buang air besar.

Beberapa lembaga ilmiah telah melakukan uji klinis terhadap asparagus. Terbukti sayuran ini mampu meningkatkan kesuburan pria. Kandungan asam amino asparagines merangsang ginjal membuang sisa metabolisme tubuh. Zat aktif lainnya dipercaya meningkatkan sirkulasi darah dan membantu melepaskan deposit lemak dalam dinding pembuluh darah. Sangat baik dikonsumsi mereka yang berjerawat, menderita eksim, serta menderita gangguan ginjal dan prostat.

Cara terbaik memasak asparagus adalah dengan mengukusnya agar rasa dan vitaminnya tidak hilang. Hati-hati, jangan memasak terlalu lama agar rasanya tidak berubah menjadi pahit. Sebelum dimasak, cuci dahulu di bawah air yang mengalir, lalu patahkan bagian bawahnya yang keras.

2. Cabai Merah
Bisa jadi rasa cabai merah adalah analogi yang pas untuk menggambarkan libido yang selalu menyala atau hot. Kaya dengan kandungan capsaicin, yakni senyawa kimia yang mempu memberikan rangsangan positif pada kerja saraf sehingga mampu meningkatkan kerja aliran darah dan meredam rasa sakit pada sendi.

Tahun 1997, Dr Michael Catherine, ilmuwan Amerika Serikat dari Jurusan Farmakologi Sel dan Molekul Universitas California, San Francisco, meneliti kandungan kimia cabai yang disebut sebagai capsaicin. Penelitan menghubungkan rasa pedas cabai dengan meningkatnya gairah karena stimulan capsaicin.

Meski bermanfaat mendongkrak libido, sebaiknya konsumsi cabai dibatasi, terlebih bagi mereka yang memiliki masalah dengan pencernaan, lambung, dan gangguan usus. Manfaatkan cabai dalam bentuk sambal yang dicampur lalapan atau tomat segar.

3. Cokelat
Sudah sejak lama cokelat diidentikkan sebagai camilan yang mampu meningkatkan gairah dan libido, baik laki-laki maupun perempuan. Alasannya, karena cokelat mengandung phenylethylamine, senyawa alami antidepresi dan stimulan andrenalin yang sering disebut dengan "molekul cinta".

Cokelat dikenal oleh penggemarnya lebih "asyik" daripada ciuman paling hot sekalipun. Studi yang dilakukan para peneliti Inggris ini meyakini satu hal, membiarkan cokelat meleleh di mulut terbukti mampu meningkatkan detak jantung dan lebih mendongkrak gairah daripada berciuman. Kesimpulan ini diungkapkan David Lewis, psikolog dari The Mind Lab Amerika.

Studi ini melibatkan 12 sukarelawan dengan kisaran usia 25-an. Mereka diminta mengenakan monitor jantung dan elektroda yang dipasang di kepala, untuk mengukur detak jantung dan aktivitas otak. Para peneliti kemudian menganalisis hasil rekaman aktivitas otak dan detak jantung sukarelawan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com