Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Polusi China

Kompas.com - 06/02/2013, 02:56 WIB

RENÉ L PATTIRADJAWANE

Persoalan polusi udara di daratan China menjadi ancaman serius bukan hanya bagi negara dengan penduduk terbesar di dunia itu, melainkan juga terhadap negara-negara tetangganya, seperti Jepang dan Korea Selatan. Harian Asahi Shimbun, Senin (4/2), melaporkan, polusi udara yang terjadi di beberapa kota di bagian utara China bulan lalu sudah menyebar mencapai kota Fukuoka di Jepang.

Polusi udara yang terjadi di daratan China, ditandai dengan asap atau kabut tebal udara kotor, terbawa angin yang bertiup ke arah timur menuju Jepang. Dampaknya mulai dirasakan di beberapa wilayah di Jepang, khususnya oleh para penduduk yang tinggal di sebelah barat Jepang.

Merembesnya polusi udara China ke kawasan Jepang menjadi ancaman serius bagi kedua negara yang sedang bersengketa atas klaim tumpang tindih di Kepulauan Senkaku, yang disebut China sebagai Diaoyu. Menurut para pejabat Jepang dan ahli kesehatan, polusi yang disebabkan oleh buruknya polusi di daratan China tiba di Jepang dalam bentuk asam salju pada musim dingin dan pada musim semi nanti menjadi bentuk asap polusi fotokimia serta hujan asam yang melekat pada pasir kuning.

Di Beijing, persoalan polusi udara yang terjadi di wilayah Beijing dan sekitarnya hingga kota pelabuhan Tianjin menjadi pergunjingan terus-menerus di media sosial internet ataupun pembahasan di surat kabar. Pekan lalu, Perdana Menteri China Wen Jiabao menyerukan agar diambil tindakan untuk mengurangi polusi di seluruh China, yang telah mencapai tingkat berbahaya bagi kehidupan.

Dampak asap polusi di seluruh wilayah China ini tidak hanya langsung dirasakan pada kesehatan masyarakat, tetapi juga sudah mencapai tingkat mengkhawatirkan karena mulai mengganggu pandangan para pengemudi di sejumlah kota di China. Pekan lalu, kantor berita Xinhua melaporkan bahwa sebuah rumah sakit anak di Beijing, Januari lalu, sudah merawat 9.000 anak karena flu, pneumonia, tracheitis, bronkitis, dan asma.

Seruan Wen Jiabao mengisyaratkan kekhawatiran para pemimpin dan pejabat di seluruh China bahwa persoalan polusi udara ini akan menjadi persoalan politik di tengah pergantian kepemimpinan yang rampung bulan Maret mendatang. Bulan depan, keseluruhan generasi keempat pemimpin China, mulai dari Presiden Hu Jintao dan Perdana Menteri Wen Jiabao, akan digantikan oleh generasi kelima China dengan Xi Jinping sebagai inti.

Polusi udara di China antara lain disebabkan oleh faktor urbanisasi yang sangat masif dalam 30 tahun terakhir, saat 500 juta penduduk China bergerak ke kota-kota meninggalkan wilayah pedesaan. Jumlah ini setara dengan total penduduk Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Italia disatukan.

Pada tahun 2030 akan ada 300 juta penduduk China lain yang mencari kehidupan urbanisasi, dan satu dari delapan penduduk dunia akan tinggal di salah satu kota di China.

Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tidak sampai 1 persen dari 500 kota yang tersebar di daratan China memenuhi standar kualitas udara yang direkomendasikan di seluruh dunia. Bahkan, Bank Pembangunan Asia (ADB) melaporkan bahwa polusi udara, yang sudah menyebabkan terjadinya pembatalan penerbangan pesawat terbang ke seluruh negeri, akan berdampak terhadap biaya ekonomi sampai dengan 1,2 persen dari keseluruhan besaran ekonomi China.

Persoalan polusi di China memang sudah sangat mengkhawatirkan semua pihak. Perdana Menteri Wen Jiabao pekan lalu perlu menekankan untuk melakukan ”tindakan efektif bagi percepatan restrukturisasi industri serta mendorong maju konservasi energi dan pengurangan emisi”.

Mempertahankan kelangsungan urbanisasi dan memperluas beragam upaya perlindungan lingkungan mengharuskan para pemimpin baru China melakukan transformasi atas model pertumbuhan ekonomi.

Transformasi ini akan menjadi sangat rumit, mencakup laju pertumbuhan untuk menopang kesejahteraan rakyat banyak, tetapi sekaligus mempertahankan dominasi kekuasaan komunisme.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com