Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/02/2013, 13:31 WIB

KOMPAS.com - "Apa mungkin dokter, saya sakit jantung?" kata seorang pasien ketika saya beritahu bahwa keluhan nyeri yang dirasakannya berkaitan dengan gangguan penyempitan pembuluh darah jantungnya.

"Saya kan masih muda dok, setahu saya hanya orang tua yang dapat kena serangan jantung", ungkap pasien seperti tidak percaya.

Beberapa pasien lain, waktu saya katakan bahwa dia mengalami gangguan jantung, juga mengungkapkan hal yang sama. Ada juga pasien yang masih muda ketika saya rujuk ke ahli syaraf, seperti menolak dan tidak percaya bahwa dia mengalami stroke. Alasan dia hanyalah karena usianya masih muda. Sakit jantung dan stroke adalah "penyakit orang tua" merupakan salah satu bentuk mitos medis yang masih banyak dipercaya masyarakat kita.

Mitos ini barangkali ada kaitannya dengan kenyataan dan pengalaman sehari-hari bahwa kebanyakan pasien serangan jantung dan stroke adalah orang tua. Yang mengalaminya adalah orang tua, nenek, kakek dalam keluarga sendiri.  Atau pun tetangga, yang menjalani operasi pembuluh darah jantung, yang dilarikan ke rumah sakit karena serangan jantung. 

Kita beranggapan bahwa penyakit jantung hanya terjadi pada orang tua  Jadi, kalau Anda masih muda, misalnya diberitahu dokter bahwa Anda kena serangan jantung atau stroke, yang terbayang dalam benak Anda adalah orang tua, kakek-kakek, nenek, atau tetangga yang mengalaminya. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap persepsi Anda tentang penyakit yang Anda derita dan penanganannya.

Penyakit jantung dan stroke memang ada hubungannya dengan risiko umur. Semakin tua Anda,  kemungkinan menderita penyakit ini lebih besar, tetapi tidak berarti bahwa kalau Anda masih muda, akan bebas dari ancamannya.

Umur hanyalah salah satu faktor risiko penyakit ini.  Kolesterol tinggi, diabetes, hipertensi, stress, obesitas, gaya hidup santai, kurang olahraga, merokok adalah faktor risiko lain yang bisa saja Anda sandang. Saya pernah punya pasien dengan keluhan nyeri dada, semua risiko itu Ada padanya. Tetapi, waktu saya beritahu bahwa dia mengalami gangguan jantung, dia seperti masih tidak percaya.

"Ah, dokter, bapak saya memang dulu meninggal karena serangan jantung, tapi itu waktu beliau sudah lanjut. Saya dulu lama mendampingi orang tua saya saat  sakit jantung dok, saya tahu gejalanya, pernah melihat beliau waktu mengalami serangan, saya juga yang mengantar beliau ke Jakarta untuk menjalani operasi by-pass, tapi usia beliau waktu itu sudah lebih 70 Tahun dokter", sambung pasien seolah-olah ingin membantah bahwa dia mengalami penyakit yang sama dengan  orang tuanya itu.

Seperti diketahui, bahwa obesitas, diabetes, stres, merokok sebagai faktor risiko penyakit jantung, relatif dalam usia muda sudah banyak kita temukan sekarang. Anak-anak yang gemuk, obes, dengan perut buncit bukan yang aneh lagi. Lihat saja di sekolah-sekolah, dari SD sampai SMA anak-anak, remaja yang berukuran besar itu cukup menyolok.

Diabetes juga demikian, banyak kasus diabetes tipe 2 yang biasanya baru muncul pada usia dewasa, setelah umur 35 tahun, sekarang pada anak-anak dan remaja juga banyak ditemukan. Anak-anak sekarang juga relatif gaya hidupnya lebih santai, lebih banyak duduk di depan komputer, TV. Anak-anak sekarang cukup bermain di depan komputer dan TV sambil duduk dan makanan cepat saji, minuman kaleng di sampingnya. Generasi kita dulu? Kita bermain di lapangan terbuka yang harus bergerak dan memerlukan energi. Merokok juga demikian, anak-anak sekolah dasar saja sudah banyak yang kecanduan dengan racun itu.

Dengan demikian, karena faktor risiko ini sudah  ada lebih awal, maka tidak heran, kasus penyakit jantung, stroke yang sebelumnya hanya menjadi penyakit orang tua, maka sekarang, kejadian pada usia muda bukanlah hal yang aneh lagi.

Disamping itu, American Heart Association menganjurkan, sebaiknya pada usia 20 tahun seseorang sudah mulai memeriksakan kesehatan jantungnya dan diulang setiap 2 tahun." Mengapa?"  Ternyata, pada sebagian kasus serangan jantung yang terjadi pada usia 40, 50, 60, atau 70 tahun, aterosklerosis yang terjadi sebenarnya sudah dimulai sejak usia remaja, dan dewasa muda.

Jadi, kalau Anda misalnya mengalami serangan jantung pada usia 40 tahun, aterosklerosis itu sudah mulai berkembang sejak Anda remaja, atau umur 20-an. Oleh karena itu, para ahli jantung sekarang sudah mulai mencari benih-benih penyakit jantung  seperti kadar kolesterol, tekanan darah, berat badan, lingkaran perut lebih awal, sehingga tindakan preventif dapat dilakukan lebih cepat.

Jadi, anggapan bahwa sakit jantung, stroke hanya penyakit orang tua sekarang perlu dipertanyakan kembali. Paling tidak, benih-benih faktor risikonya sudah mulai kita tanam lebih awal dengan gaya hidup santai dan makanan tidak sehat. Nah, tidak heran kita juga akan menuainya lebih dini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com