Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 12/02/2013, 15:46 WIB
EditorLusia Kus Anna

Kompas.com - Dunia anak adalah dunia bermain. Tetapi masih banyak orangtua yang menilai bermain sebagai pemborosan waktu. Akibatnya permainan anak selalu disisipkan kegiatan "belajar" sehingga jauh dari menyenangkan.

Para pakar bermain sudah menegaskan pentingnya bermain secara bebas bagi anak. Kegiatan itu antara lain penting untuk membangun kemampuan mengambil keputusan berimajinasi, meningkatkan kebugaran, mengembangkan otak, serta melatih koordinasi dan bekerja sama.

Dalam sebuah survei yang dilakukan di Amerika Serikat diketahui waktu bebas anak telah berkurang lebih dari 7 jam setiap minggu di tahun 1981 dan 1997, menjadi hanya 2 jam per minggu di tahun 1997 sampai 2003.

Penelitian di Inggris yang dimuat dalam situs playday.org.uk juga menunjukkan dalam 20 tahun terakhir terjadi penurunan waktu bermain sampai 25 persen. Sementara itu kegiatan bermain di luar ruang juga turun sampai 50 persen.

Penurunan aktivitas luar ruang itu terjadi karena berbagai faktor, antara lain karena keterbatasan ruang bermain, ketergantungan pada orang dewasa yang membawa mereka bermain ke taman, atau karena minat anak-anak saat ini beralih ke gadget atau video games.

Pada anak yang lebih besar, waktu bebas mereka kebanyakan dihabiskan untuk mengerjakan tugas sekolah. Sementara pada anak perempuan yang lebih besar mereka juga memiliki tugas membersihkan rumah atau mengasuh adiknya.

Pada tahun 2006 diketahui 87 persen anak di negara maju memiliki komputer di rumah, 62 persen memiliki televisi digital, dan 82 persen memiliki konsol permainan elektronik.

Bermain adalah bagian dari budaya yang berkembang seiring peradaban manusia. Itu sebabnya, sewaktu masyarakat menjadi modern, begitu pula dengan permainan yang ikut menjadi canggih.

Sebagian ahli berpendapat teknologi modern akan meningkatkan kemampuan anak sehingga mereka lebih melek teknologi. Tetapi pihak yang kontra menilai penggunaan teknologi pada anak membuat mereka kurang aktif. Mereka juga menjadi kurang kreatif dan berimajinasi.

Gaya hidup kurang bergerak pada anak-anak juga meningkatkan risiko kegemukan. Pada anak-anak, risiko obesitas lebih berbahaya karena mereka masih dalam usia pertumbuhan.

Gerakan untuk kembali kepada permainan tradisional, seperti galasin, petak umpet, loncat tali, atau permainan olahraga, kini makin gencar dilakukan di berbagai kota besar. Permainan fisik dianggap lebih mampu merangsang perkembangan otot-otot sehingga pertumbuhan lebih optimal.

Gerak motorik kasar yang dilakukan di usia pertumbuhan ini sangat banyak manfaatnya, antara lain membuat tubuh lebih lentur, otot dan tulang semakin kuat, serta menjaga kebugara.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+