Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/02/2013, 18:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Gangguan bipolar (GB) yang merupakan gangguan otak yang ditandai dengan perpindahan mood, pikiran, energi, dan perilaku dapat dideteksi sejak balita. Anak dengan sifat mudah marah, menentang, dan hiperaktif memiliki kecenderungan mengalami GB di kemudian hari.

Psikiater dari Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), Nurmiati Amir, mengatakan, bayi sudah dapat menderita GB karena pada dasarnya GB juga dipengaruhi oleh faktor keturunan atau genetika. "Faktor keturunan berperan, yaitu 60 hingga 65 persen. Namun sering kali tidak serta diturunkan dari orangtua ke anak, tetapi skip dua generasi. Oleh karenanya, perlu adanya telaah ke dua generasi sebelumnya untuk menentukan seorang anak menderita GB dari faktor keturunan," ungkapnya dalam konferensi pers Women's Health Expo, Senin (25/2/2013) di Jakarta.

Nurmiati juga mengatakan, apabila seorang anak memiliki risiko untuk menderita GB dari faktor keturunan, maka ia harus berada dalam lingkungan yang kondusif agar tidak memperparah keadaan mentalnya. "Anak yang terkena pengaruh abuse dari lingkungannya lebih rentan terkena GB," katanya.

Seperti namanya, bipolar berarti adalah dua kutub. Artinya, orang yang terkena gangguan ini pun akan mengalami perubahan mood yang dramatis, dari mood yang sangat bahagia atau dikenal dengan mania menjadi mood yang sangat sedih atau depresi. Perubahan ini dapat berlangsung dengan cepat tanpa adanya pengaruh keadaan tertentu. Namun, hal ini terjadi karena perubahan cepat dari kadar zat-zat kimia tertentu di otak, salah satunya dopamin. GB memiliki lima episode yang berulang, yaitu depresi, campuran, eutimik, hipomania, dan mania. Waktu setiap episode ini tidak pasti, tergantung pada seberapa baik penanganan pada penderitanya.

"Jika cepat ditangani oleh psikiatri, keluarga mengerti dan mendukung keadaan pasien, serta pasien patuh, maka episode akan berlangsung lama dan menetap di episode eutimik yaitu episode normal," papar psikiater yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Namun jika tidak demikian, maka setiap episode akan berlangsung dengan cepat atau disebut dengan rapid cycling, yang dalam setahun dapat berlangsung hingga 4 siklus. GB juga menyebabkan angka bunuh diri pada penderitanya meningkat 15-20 persen. Semakin dini GB terdeteksi, maka akan semakin besar keberhasilan untuk diatasi. Inilah yang membuat pentingnya mendeteksi GB pada usia dini.

Meskipun rata-rata GB dapat terdeteksi pada usia dewasa, yaitu 20 tahun, Nurmiati mengatakan bahwa bayi pun perlu dicurigai terkena GB, terlebih jika menunjukkan tanda-tanda seperti mudah marah, menentang, hiperaktif, dan memiliki risiko dari faktor keturunan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com