JAKARTA, KOMPAS -
Sejauh ini, kemunculan pada masa anak dan remaja juga relatif sering. ”Gangguan bipolar bahkan bisa muncul sejak masa bayi,” kata Nurmiati Amir dari Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RS Cipto Mangunkusumo saat temu wartawan di Gedung FKUI Jakarta, Senin (25/2).
Gangguan bipolar adalah gangguan otak yang ditandai perpindahan perasaan (mood), pikiran, energi, dan perilaku. Pengidap akan mengalami perubahan perasaan secara dramatis, bisa sangat meningkat (mania) maupun sangat menurun (depresi).
Perubahan perasaan orang dengan gangguan bipolar disertai perubahan serius pada energi dan perilakunya. Satu ketika, pengidap depresi sehingga murung, diam, atau menarik diri dari lingkungan. Di waktu lain, mengalami mania yang ditunjukkan semangat menggebu dalam aktivitas, tak pernah lelah, dan tak tidur berhari-hari.
Menurut Nurmiati, bayi atau anak di bawah lima tahun dengan rasa marah kuat, sering melawan, susah tidur, dan hiperaktif cenderung ada gangguan bipolar.
Hingga kini, penyebab pasti gangguan bipolar belum diketahui. Namun, faktor genetik atau keturunan berpengaruh. Oleh karena itu, untuk memastikan gangguan bipolar pada anak, harus ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang bipolar.
”Kalau tak ditemukan pada ibunya, bisa jadi pada neneknya,” kata Nurmiati.
Gangguan bipolar memang dipengaruhi faktor genetik. Namun, lanjut Nurmiati, faktor itu tak serta-merta diturunkan.
Pengaruh riwayat keluarga positif 60-65 persen. Masih ada faktor lain yang memengaruhi, seperti tekanan terhadap anak pada masa perkembangannya.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.