Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2013, 20:56 WIB

KOMPAS.com - Perkembangan industri yang kian pesat  turut meningkatkan risiko timbulnya alergi pada tubuh, terutama jenis alergi eksim atopik yang dikenal juga dengan istilah dermatitis atopik. Hal ini disebabkan industri menghasilkan lebih banyak alergen di lingkungan, sehingga dapat memicu munculnya gejala eksim, terutama bagi orang yang memiliki bakat mengembangkan penyakit ini.

Seperti dipaparkan spesialis kulit dari Brawijaya Women and Children's Hospital (BWCH), dr. Grace Wardhana, eksim atopik dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor genetika atau keturunan dan faktor lingkungan.

"Jika dulu faktor genetika lebih dominan untuk menimbulkan gejala, namun kini faktor lingkungan yang lebih berperan," ungkapnya dalam talkshow "Pure Air, Pure Love" yang diselerenggaran oleh BWCH, Sabtu (2/3/2013), di Jakarta.

Eksim adalah suatu istilah umum untuk peradangan pada kulit. Eksim atopik merupakan tipe yang paling sering dijumpai. Prevalensi eksim atopik di seluruh dunia meningkat selama 40 tahun terakhir. Hal ini, kata Grace, merupakan salah satu dampak dari perkembangan industri yang kian pesat dalam kurun waktu tersebut.

Di beberapa negara, prevalensi eksim atopik mencapai 17 persen. Faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya eksim dibedakan atas alergen makanan, alergen hirup, alergen kontak, bahan iritan, serta faktor lainnya seperti mikroba, cuaca, kelembaban, hormon, dan psikis.

"Faktor lingkungan yang selama paling banyak 'disalahkan' menyebabkan eksim atopik adalah alergen makanan. Padahal, pengaruhnya hanya sekitar enam sampai delapan persen. Bahkan sebuah penelitian tahun 2012 mengatakan pengaruhnya pada orang Asia hanya dua sampai tiga persen," tutur Grace.

Menurut Grace, faktor yang lebih banyak berperan adalah alergen hirup, salah satu yang paling sering menyebabkan eksim atopik yaitu tungau debu rumah (TDR) atau house dust mite. "Tungau debu rumah dapat mengaktivasi sel radang dan mengganggu imunitas kulit," jelasnya.

Sebuah penelitian tahun 2011 menunjukkan bahwa sebanyak 74,5 persen pasien eksim atopik sensitif terhadap salah satu atau ketua strain TDR. Strain yang dimaksud yaitu Dermatophagoides pteronyssinus dan Dermatophagoides farinae. Eksim atopik ditandai dengan kulit yang merah dan gatal, selain itu ada pula gejala minor yaitu kulit kering, bibir kering dan pecah-pecah, gatal di seputar mata, kering dan gatal di seputar puting, bercak-bercak putih di wajah terutama sehabis berenang dan terpapar panas matahari.

Grace mengatakan, penyakit ini tidak dapat disembuhkan, karena dipengaruhi faktor genetika. Peluang ikut menderita eksim dari orang tua pun cukup besar yaitu 30-50 persen jika salah satu orang tua mengidap eksim atopik dan 50-75 persen jika kedua orang tua mengidap.

"Namun jangan khawatir, meski tidak dapat disembuhkan, tetapi eksim atopik bisa dikontrol. Dengan perawatan yang baik eksim tidak akan menimbulkan gejala," jelas Grace.

Salah satu yang terpenting dalam mengontrol gejala penyakit ini adalah dengan penghindaran dan eliminasi TDR dari lingkungan. Sebuah penelitian mengindikasikan bahwa hal ini dapat memperbaiki kondisi klinis penderita eksim atopik secara bermakna. Selain itu, perawatan kulit seperti selalu memakai pelembab kulit sesering mungkin serta menghindari mandi dengan air hangat juga sangat disarankan.

"Air hangat akan menghilangkan kelembaban kulit sehingga kulit akan semakin kering," ujar Grace.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com