Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puteri Indonesia Whulandary Ingin Melawan Korupsi

Kompas.com - 04/03/2013, 10:38 WIB

KOMPAS.com - Dari perjumpaan dengan anak jalanan hingga pejabat tinggi, Puteri Indonesia 2013 Whulandary memetik inspirasi. Ia membayangkan Indonesia di tangan orang-orang muda yang berani jujur, mau melawan korupsi.

Sejak kecil, Whulandary (23) selalu memilih duduk di barisan paling belakang. Itu karena teman- teman menjuluki dia si tiang listrik, atau yang agak lebih bagus dari itu, si angsa kaki panjang. Namun, menjelang pemilihan Puteri Indonesia 2013, dalam kunjungan ke kantor Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Whulan bergegas merebut posisi duduk paling depan.

”Aku ngefans banget sama Pak Jokowi dan Pak Basuki,” katanya.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ketika itu tak sempat menemui para kontestan Puteri Indonesia. Namun, Whulan tak kecewa. Ia mendapat ”oleh-oleh” tak terlupakan dari Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

”Aku tanya ke Pak Basuki, setelah beliau jadi wakil gubernur, anaknya dapat fasilitas apa. Jawab Pak Basuki, baru dua minggu sebelumnya anaknya nangis minta pindah sekolah karena dibilang anak miskin. Anaknya sekolah naik bus, temannya diantar Alphard.”

Yang membuat Whulan terkesan adalah nasihat Basuki kepada anaknya. Orang kaya itu bukan orang yang punya Alphard, tetapi orang yang merasa cukup dengan apa pun yang dipunyai dan bersyukur. ”Kasihan jadi orang yang banyak duit, tetapi selalu merasa kurang ini, kurang itu, kurang terus,” ujar gadis yang terpilih sebagai Puteri Indonesia pada Februari lalu.

Penuh semangat Whulan bercerita tentang orang-orang yang ia sebut sebagai idola. Cerita tentang para idola itu adalah jawabannya ketika ditanya tentang pengalaman paling berkesan selama proses seleksi Puteri Indonesia.

Bukan hanya Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama yang membuat Whulan terkesan. ”Senang banget juga ketemu idolaku Bapak Abraham Samad, ketua KPK!”

Sosok Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi itu membuat Whulan makin menyadari, korupsi adalah paparan polusi yang menyesakkan lingkungan sekitarnya. ”Duniaku selama ini, modeling, rasanya enggak bau korupsi. Tapi, korupsi kan bisa di mana saja, dari tingkat atas sampai bawah.”

Cepat atau lambat, disadari atau tidak, Whulan merasa, ia pun berpeluang berhadapan dengan korupsi. Gadis yang lahir dan besar di Padang Pariaman, Sumatera Barat, ini menambahkan, ”Orang muda harus berhenti tidak peduli.”

Belajar dari getir
Dalam proses pemilihan Puteri Indonesia 2013, Whulan memang bertemu banyak tokoh yang ia kagumi. Tetapi, yang membuat ia menangis bukanlah para tokoh itu, melainkan Rama (6), seorang bocah yang hidup di kolong jembatan Grogol, Jakarta. ”Walaupun hidup di lingkungan serba berkekurangan, dia punya cita-cita jadi (petugas) pemadam kebakaran, supaya bisa menolong orang lain.”

Pengalaman mengajarkan kepada Whulan bahwa kegetiran kadang tak terhindarkan, tetapi hidup tak perlu berhenti pada kemuraman karena itu. Whulan bercerita, ayahnya, Herman, meninggal karena sakit, bertepatan dengan saat Whulan dilahirkan di Padang, 26 Juni 1989.

”Hari yang sama, di rumah sakit yang sama. Papa sempat menemui Mama dengan kursi roda ketika Mama kontraksi, dia pegang perut Mama. Tapi waktu Whulan lahir dan dibawa ke Papa untuk di-adzan-kan, Papa sudah meninggal.”

Sang ayah meninggal pada usia 24 tahun, meninggalkan ibu Whulan, Yetty Marsanti, yang saat itu baru berusia 22 tahun, serta Whulan dan satu kakak perempuannya. Whulandary, adalah nama yang disiapkan mendiang sang ayah. Mengutip kisah ibunya, Whulan bercerita nama itu dipilih karena ayahnya yang juga asli Padang menyukai citra perempuan Jawa yang menurut dia halus lembut.

”Enggak kayak orang Padang yang ngomongnya cepat dan nadanya lebih tinggi,” ujar Whulan disambung tawa berderai.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com