Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/03/2013, 10:26 WIB

TANYA :

Dok saya memiliki kebiasaan makan yang agak berbeda saat sarapan pagi setiap hari. Saya bisa menghabiskan nasi sampai 2 piring lengkap dengan sayur dan ikan. Namun setelah itu, saya tidak makan nasi lagi pada siang dan malam hari karena memang saya sudah tidak merasa lapar lagi. Kalau mau, makan cukup dengan cemilan ditambah segelas teh. Pertanyaan saya adalah apakah kebiasaan saya ini tidak berbahaya bagi kesehatan saya. Terima kasih atas penjelasannya. 

(Muslimin, 47 tahun, 165 cm, 65 kg, Pare-Pare)


JAWAB :

Bapak Muslimin di Pare-Pare yang saya hormati.

Kebiasaan makan 1 atau 2 kali dalam porsi besar, seperti yang bapak lakukan, hanya makan pagi, bisa 2 piring sekaligus, sering saya lihat sekarang ini. Karena kesibukan, tidak ada waktu, malas ke dapur, tidak mau antre lama, atau pergi ke restoran berulang-ulang menjadi alasan mereka punya kebiasaan seperti itu

Walaupun sementara ini Bapak tidak merasa ada keluhan terkait kebiasaan ini, dari aspek kesehatan sebenarnya tidak baik.

Pola makan seperti ini memberikan beban yang berlebihan terhadap sistem pencernaan Bapak. Ibaratkan mesin penggiling, dia harus bekerja memproses makanan itu sekaligus dalam jumlah yang besar. Akibatnya, tubuh harus mengeluarkan asam lambung, dan enzim pencernaan lainnya dalam jumlah yang lebih besar pula.

Aliran darah ke sistem pencernaan yang lebih banyak juga dibutuhkan. Selagi kompensasi ini dapat dilakukan oleh tubuh kita, barangkali tidak masalah, walau sering ada keluhan seperti lemah, mengantuk, perasaan bodoh setelah seseorang makan terlalu banyak. Bila kompensasi tidak dapat lagi dilakukan oleh tubuh kita, makan model begini bisa menyebabkan gangguan pencernaan dengan keluhan-keluhan kembung, mual, muntah, perut menyesak, dada panas, sepert terbakar akibat asam lambung dan makanan itu mengalami refluks atau masuk ke dalam kerongkongan.

Bahkan, ada laporan beberapa kasus, bahwa serangan jantung terjadi karena dipicu oleh makan banyak ini sebelumnya.

Walaupun berat badan Bapak sekarang ini masih termasuk normal, makan pagi banyak sekaligus juga dapat memacu kegemukan, atau obesitas. Ada penelitian, makan pagi porsi besar,  walau tujuannya untuk menghindari makan lagi setelah itu, tetapi ternyata tidak ada pengaruhnya. Mereka masih cenderung makan lagi setelah itu. Pada kasus yang Bapak alami, walaupun hanya mengkonsumsi makanan ringan dan minum teh, makanan itu bisa saja jumlah kalorinya lebih besar daripada yang Bapak perkirakan.

Nutrisi makan besar pagi ini, juga cendrung tidak baik, dan tidak lengkap. Nutrisi yang beragam, termasuk sayur-sayuran, buah-buahan diperlukan oleh tubuh. Kita perlu 3-5 kali sajian sayuran setiap harinya. Kalau kita hanya makan pagi, setelah itu hanya cemilan, cemilan yang kita lakukan cendrung tidak sehat, jarang orang mencari cemilan sayuran, buah-buahan, tetapi biasanya cendrung makanan yang banyak mengandung gula, tepung dan lemak.

Makan seperti ini dapat menyebabkan kadar gula darah tiba-tiba melonjak tinggi. Suatu waktu hormon Insulin yang berusaha menetralisirnya dapat mengalami kelelahan, dan akhirnya  terjadi resistensi Insulin, dan diabetes melitus.

Jadi, walau tidak ada aturan pasti berapa kali sebaiknya kita makan sehari, tetapi, makan dalam porsi lebih sedikit, lebih sering, lebih lama (mengunyahnya) jauh lebih sehat. Agama juga menganjurkan demikian. "Makanlah kamu, minumlah kamu, tetapi jagan berlebihan (QS) Isilah perut-mu sepertiganya dengan makanan, sepertiganya air, sisanya kosongkanlah (Hadist).

Sementara demikian jawaban saya Pak Muslimin, semoga berguna


Wassalamualaikum

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com