Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/03/2013, 14:13 WIB

Kompas.com - Angka kejadian alergi pada anak terus meningkat. Penyakit yang sangat dipengaruhi oleh faktor genetik ini memiliki perjalanan alami yang manifestasinya berbeda-beda sesuai perkembangan usia anak.

Perjalanan alami penyakit alergi disebut juga dengan Allergy March. Ini berarti penyakit alergi sebenarnya tidak bisa sembuh namun akan menghilang untuk kemudian muncul kembali di usia tertentu.

"Sekali alergi tidak akan bisa lepas karena alergi bukanlah penyakit yang berhenti di satu titik," jelas Dr.Zakiudin Munasir, Sp.A(K), kepala divisi dan konsultan alergi-imunologi dari FKUI/RSCM dalam acara bertajuk Pencegahan Alergi Primer dan Dampak Ekonomi di Jakarta (19/3/13).

Dokter Zaki mencontohkan, pada bayi jenis alergi yang paling sering adalah alergi makanan, misalnya susu sapi. Manifestasinya adalah dermatitis atopik atau diare pada bayi.

Seiring dengan pertambahan usia, alergi makanan akan berkurang karena sistem pencernaan bayi semakin matang. Kemudian yang rentan terkena adalah sistem pernapasan.

"Di usia pra sekolah biasanya berganti menjadi asma karena anak sudah mulai sering beraktivitas di luar. Kemudian bertambahnya usia berganti lagi menjadi rhinitis alergi yang akan terus menetap sampai akhir hayat," paparnya.

Prof.Ulrich Whan, ahli bidang pneumonolgy dan allergology dari Jerman, menjelaskan bahwa alergi telah menjadi epidemi di zaman modern.

"Angka kejadian penyakit infeksi terus turun, sementara penyakit yang berkaitan dengan sistem imun seperti alergi terus meningkat," katanya dalam kesempatan yang sama.

Ulrich menambahkan, setiap bayi baru lahir pada dasarnya memiliki risiko alergi sekitar 5-15 persen. "Terlebih jika salah satu atau kedua orangtuanya juga memiliki riwayat alergi. Bayi tersebut beresiko tinggi juga memiliki alergi," katanya.

Pengobatan dan perawatan penyakit alergi ternyata membutuhkan biaya kesehatan cukup tinggi. Di Perancis, misalnya, setiap bayi yang menderita dermatitis atopik atau eksim, setiap tahunnya memerlukan biaya mencapai 1.500 euro (sekitar 19 juta rupiah).

Karena itulah pencegahan alergi menjadi sangat penting. "Tindakan pencegahan bisa dimulai sejak kehamilan dengan cara menghindari paparan asap rokok. Kemudian setelah bayi lahir lakukan pemberian ASI eksklusif," kata Ulrich.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com