Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membuang Uang demi Merokok

Kompas.com - 26/03/2013, 16:18 WIB
Ida Setyorini, Maria Susie Berindra A

Penulis

KOMPAS.com — Meski iklan tentang bahaya merokok ada di mana-mana, kebiasaan merokok tetap ada, termasuk di lingkungan kampus. Sebagian mahasiswa merokok sejak masih SMA bahkan ada yang mulai dari SMP meski di antara mereka belum punya penghasilan sendiri. Jadi, mereka menggunakan uang saku untuk membeli rokok ketimbang makanan sehat.

Di kampus, mereka dengan mudah mengabaikan larangan merokok karena lingkungannya lebih permisif. Saat masih menjadi siswa SMP atau SMA, orangtua dan guru bisa melarang dan memarahi jika mereka kedapatan merokok.

Saat kuliah, mahasiswa lebih sering berada di luar rumah dan dinilai mampu membuat keputusan penting bagi hidupnya. Mereka dianggap sudah lebih dewasa.

”Banyak teman saya, terutama laki-laki, merokok sejak lama. Sebagian kecil ada yang ingin berhenti merokok dan meminta teman-teman yang tidak merokok untuk mengingatkan jika dia menyalakan rokok lagi. Sayang, keinginan itu hanya sebatas niat,” kata Ru’in Fatimah (20), mahasiswa semester IV Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Minggu (24/3/2013), di Jakarta.

Setyo Deantoro (22), mahasiswa semester VIII Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, berpendapat, sah-sah saja mahasiswa menghabiskan sebagian uang sakunya untuk membeli rokok. Menurut dia, mahasiswa lain juga memakai uang saku untuk membeli buku atau bahkan barang yang tidak perlu.

”Bagi mahasiswa, merokok mungkin salah satu cara untuk menghabiskan uang, sedangkan mahasiswi menghabiskan uangnya untuk membeli baju atau kosmetik. Itu kan sama saja,” kata Setyo yang tengah menyusun skripsi. Dia mengaku tidak suka merokok dan enggan memulai kebiasaan tersebut.

Ada larangan

Di beberapa sudut kampus Universitas Gadjah Mada, seperti di Fakultas Kedokteran, ada larangan merokok yang berlaku bagi seluruh penghuni dan pengunjung di kampus. ”Mereka yang merokok akan mengungsi ke lokasi lain yang tidak ada larangan tersebut,” kata Setyo.

Fariz Razmi (19), mahasiswa semester IV Program Studi Teknik Elektro, Universitas Indonesia, juga tak peduli dengan kebiasaan teman-teman yang merokok.

”Terserah mereka uang sakunya dipakai untuk apa. Saya tidak merokok karena dari dulu memang dilarang orangtua,” kata Fariz.

Menurut Ru’in, teman-temannya yang merokok menghormati keinginan mereka yang tidak merokok saat berada di kantin kampus.

”Biasanya mereka tidak protes saat diminta menyingkir sejenak agar kami yang ingin makan terbebas dari asap rokok,” kata Ru’in.

Larangan merokok di sekolah pada umumnya masih ditaati siswa SMA. Namun, begitu keluar pagar sekolah pelajar laki-laki kembali merokok. Pada masa ini biasanya teman-teman perempuan mereka protes dan berani menasihati agar tidak membuang uang untuk membeli rokok.

”Sayang, kan, orangtua susah-susah mencari uang malah ’dibakar’,” kata Chairani, siswa kelas X SMA Negeri 5 Pondok Gede, Bekasi.

Menurut dia dan ketiga rekannya, Arum Sari Pertiwi, Laviana, serta Nadira Ruvenda, banyak teman laki-laki mereka merokok sejak sebelum SMA. Bahkan, beberapa orangtua teman mereka mengizinkan anaknya merokok di rumah dengan alasan lebih baik melakukannya di rumah ketimbang di luar agar bisa terkontrol.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com