Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Benar Kesehatan Reproduksi

Kompas.com - 30/03/2013, 03:09 WIB

Bagaimana jika pacar mengajak pacaran di tempat sepi dan gelap? Kenapa mimpi basah? Bagaimana cara menolak pacar yang minta macam-macam?

Hal-hal itu umum digunjingkan remaja dari dulu hingga kini. Tak ada batas masa ataupun latar belakang sekolah.

Februari lalu, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional mengenalkan lebih dekat percontohan pendidikan reproduksi seksual. Proyek percontohan diadakan di Pondok Pesantren Babussalam, Yayasan Syekh Abdul Wahab Rokan di Pekanbaru, Riau.

Pondok pesantren yang didirikan pada 1998 itu menjadi pesantren pertama yang memiliki kegiatan ekstrakurikuler Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R). Nama kegiatannya PIK-R Starteen, dari kata smart, creative, and cheerful teenager.

Wadah itu tempat santri dan santriwati memperoleh jawaban atas berbagai pertanyaan seputar kedewasaan. Materinya sangat luas. Selain kesehatan reproduksi remaja, mereka juga dibekali pengetahuan tentang penyakit dan penularan HIV/ AIDS hingga menyediakan konseling bagi remaja.

Meski ada sejak 2008, kegiatan PIK-R itu belum berjalan efektif. Aktivitas santri dan santriwati baru mulai terlihat setahun terakhir. Setiap Sabtu seusai shalat Ashar (sekitar pukul 15.00) hingga sebelum shalat Maghrib (sekitar pukul 18.00), 28 santri dan santriwati kelas I dan II berkumpul. Biasanya, mereka berdiskusi/memperoleh pemaparan terkait permasalahan remaja.

”Materi tidak boleh vulgar, seperti bentuk-bentuk alat reproduksi tidak ditampilkan. Itu diberikan bukan di forum umum,” kata Joko Pujiono dari Bagian Program Pusat Pengkajian dan Pengembang PKBI Pekanbaru, didampingi Kepala SMA Babussalam Yurniawati.

Untuk konseling, PIK-R Starteen memiliki dua pendidik sebaya dan dua konselor sebaya yang juga santri/santriwati setempat. Sebelum menjadi konselor, mereka dididik oleh PKBI/BKKBN.

Ketua Starteen Rosyid Ramadhan (16) mengatakan, konseling biasanya dilakukan di kamar tidur. Setiap kamar diisi 20 santri dengan 10 ranjang tingkat. ”Seperti umumnya remaja, mereka merasa sungkan atau malu kalau curhat masalah reproduksi atau pacaran ke orangtua dan guru. Kami lebih suka curhat ke teman sebaya,” kata Lady Chintia Pratiwi (16), santriwati konselor.

Ajar tanggung jawab

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com