Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/04/2013, 15:08 WIB

KOMPAS.com — Kebotakan pada pria umumnya terjadi di atas usia 50 tahun. Namun, jika Anda mengalaminya lebih cepat, waspadailah adanya peningkatan risiko kanker prostat.

Sebuah studi terbaru terhadap pria Afrika-Amerika menunjukkan tingginya risiko kanker prostat pada pria yang mengalami kebotakan. Penelitian serupa terhadap pria Kaukasia menunjukkan hal yang sama.

Penelitian terbaru ini dilakukan pada pria Afrika-Amerika karena mereka merupakan kelompok pria yang paling banyak menderita kanker prostat di Amerika. Risiko kematiannya juga sekitar dua kali lipat.

Para partisipan dalam studi tersebut terdiri dari 318 pria penderita kanker prostat dan 219 pria yang sehat. Mereka diwawancara mengenai diagnosis kanker prostat dan ada tidaknya kebotakan yang dialami di usia 30 tahun.

Secara umum, pria yang menderita kebotakan memiliki risiko sampai 69 persen terkena kanker prostat, sementara pria yang menderita kebotakan di bagian dahi risikonya enam kali lebih besar terkena kanker prostat di usia 60 tahun dibanding pria yang tidak botak.

Jenis kebotakan diketahui memiliki pengaruh yang berbeda. Pria dengan kebotakan seluruh kepala (frontal hair loss) memiliki risiko lebih besar dibanding pria dengan kebotakan di bagian puncak kepala atau ubun-ubun. Hal ini berbeda dengan studi sebelumnya yang menyimpulkan tak ada perbedaan risiko pada jenis kebotakan yang berbeda.

Mengapa botak terkait dengan risiko kanker prostat memang belum jelas. Namun, para ahli yakin hal itu karena faktor perubahan hormonal. Pemecahan hormon pria, dihydrotestosteron (DHT), terkait dengan peningkatan risiko kanker prostat dan juga penipisan folikel rambut.

Tingginya kasus kanker prostat pada pria Afrika-Amerika juga menunjukkan adanya faktor genetik. Namun, hal tersebut masih terus didalami oleh para peneliti.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com